Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Menjadi tidak baik-baik saja? It's okay

Everyone has their own problems, yup everyone. Nobody has a perfect life in the world. Gak mungkin ada orang yang hidup di dunia ini tanpa memiliki masalah, meski mereka mengakui bahwa hidupnya sempurna dan tanpa masalah, sebenarnya tanpa disadari masalah itu terletak pada anggapannya sendiri. Mengapa? karena dia tidak bisa berdamai dengan dirinya sendiri, dia tidak ingin dipandang lemah hanya karena dia mengakui bahwa dia memiliki masalah, dan itu masalah dalam hidupnya, and it's crucial issue .  Ketika ada seseorang yang menganggap suatu masalah ialah suatu kelemahan yang harus dihindari artinya ada yang tidak beres dengan hidupnya, juga mentalnya.  Ketika kita sadar bahwa semua orang punya masalah dalam hidupnya ketika itu juga kita paham bahwa menjadi tidak baik-baik saja itu adalah hal yang tidak apa-apa. Ketika kita sedih luapkanlah kesedihan kita dengan cara kita, pilihlah jalan yang dapat membuat kita merasa lebih baik setelah kita melalui jalan tersebut. Ha...

Mother's day isn't annual ritual

Hari ini jagat maya lagi rame sama peringatan hari ibu,   almost everyone compete to showing picture with her/his mom, but i'm not.  I will not saying that it false, cause the fact when i see they're picture in social media, i feel so peaceful.  Iya gue merasa sangat damai ketika melihat orang-orang berfoto dengan orang tua mereka ( especially   their mom ). Kapan lagi yekan bisa lihat mereka posting foto bersama orang tua mereka dengan caption yang menyejukkan hati. Tapi fenomena ini  juga membuat gue memiliki suatu kekhawatiran, gue khawatir kalau fenomena ini tidak berarti apa-apa bagi mereka. i mean they're doing that only as annual ritual, i hope i'm getting wrong about this. gue cuma takut foto yang telah diunggah hanyalah simbol pelengkap dari ritual tahunan mereka (mother's day ), Jangan sampe deh ya, amit-amit. Begini menurut kaca mata gue, gak pernah salah kok ketika kita mewujudkan cinta kita kepada orang tua dengan cara mempostingny...

Hazel, aren't you? #1

*ting*  Notifikasi line ku berbunyi, ku rogoh ranselku untuk mengambil hp. Hazel added you  Aku mengernyitkan dahiku.  "Hazel? apa aku punya teman yang namanya Hazel?" aku menggeleng sendiri meyakini bahwa aku tidak memiliki teman bernama Hazel. Ah, lagi pula teman-temanku tidak ada yang namanya ala bule seperti ini. "apa aku add back saja, ya?" tanyaku pada diri sendiri. *ting*  hp ku kembali bergetar, ku buka room chat dengan nama yang baru saja menjadi fokus pikiranku. kenapa? aneh. batinku. mengapa orang ini tiba-tiba mengechat seperti ini? kenapa apanya? balasku. kenapa tidak mengaddback-ku? sepertinya kamu berharap sekali? ehm, tidak juga. hanya itu? ya. kamu ini siapa? kamu tidak bisa membaca, ya? lalu mengapa aku bisa membalas pesanmu? hanya kau yang tahu. bukannya aku sudah memasang namaku dengan jelas? ya. kamu tidak perlu mengenalkan diri. tapi aku tidak melakukannya. tapi kamu ingi...

Dunia luar itu, menakutkan?

Orang yang takut akan dunia luar adalah orang yang tidak yakin bahwa dirinya mampu untuk bertahan. Gue selalu beranggapan seperti itu, awalnya. Namun setelah apa yang gue lihat kemarin anggapan gue mulai sedikit bergeser. Mungkin disini gue akan menceritakan sedikit tentang adik tingkat gue yang merupakan penyandang Autisme, gue gak akan membeberkan identitas dia, gue hanya menceritakan apa yang gue dapat selama beberapa jam bersama dia. Agar lebih mudah gue menyebutnya dengan 'A'. Secara tidak sengaja kemarin gue satu bus dengan A. Gue pun mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan dia, ketika dia bertanya atau mengatakan sesuatu gue akan meresponnya. A ini memang istimewa, menurut gue dia cerdas. Dia mengatakan banyak hal selama di bus, dengan suara yang bisa dibilang kencang hingga membuat-hampir semua-yang ada di bus tersebut menitikan perhatiannya pada dia. Berbagai pandangan dari penumpang lain yang gue dapat amati, ada yang menatap dengan bingung, penasara...

Menyamakan frekuensi

Sulit emang tapi bukan berarti gak bisa untuk dilakukan. jadi akhir-akhir ini gue lagi mengalami masa krisis keyakinan terhadap kata kerja kelompok. Bukan karena gue gak mempercayai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, sama sekali enggak. Gue seribu kali yakin bahwa setiap orang selalu memiliki kemampuan yang mereka ungguli. Disini gue lebih ingin berbicara gimana peliknya gue dalam  mencoba menyamakan frekuensi gue dengan orang-orang yang menjadi partner tugas gue. Beberapa hari yang lalu gue inget sekali ketika salah satu temen gue mengucapkan satu kata yang hingga saat ini terngiang-ngiang di otak gue. Apa kata itu? Rilex. Aneh aja gue, kata begitu aja sampe harus gue pikirin coba. Buat sebagaian orang  pasti pernah mengalami masa dimana  kalian seakan-akan berpacu sendirian, berlari sendiri disaat orang lain berjalan santai di belakang kalian, kalian merasa, apa gue terlalu cepet? atau mereka yang terlalu lama?  Pernah gak sih? ...

Who is you?

Welcome, Nopember!  Nopember tahun ini dibuka dengan sesuatu yang berkesan buat gue.  Kemarin, tepat di pembuka Nopember gue bertemu dengan seseorang. Seseorang yang meninggalkan kupu-kupu kecil dalam hati gue. Seperti kebiasaan beberapa minggu belakangan ini, gue berangkat dan pulang kampus menggunakan Transjakarta dan Gojek. Ketika berangkat ke kampus gue melihat seorang kernet TJ yang mengalihkan pandangan gue, entah karena apa. Gue mencoba menepis keinginan gue untuk melihatnya sekali lagi, maka gue putuskan untuk bergeser agak kebelakang, menghadap kaca jendela, tujuannya agar gue terfokus melihat suasana jalan.  Hari itu kuliah gue berasa cepet banget, dosen mata kuliah ke dua gue gak hadir jadi kami hanya menonton film lalu me-reviewnya. Gue pulang sebelum dzuhur, sekitar jam 11.30-an. Tadinya gue berniat pulang bareng berdua dengan salah satu teman gue, cuma dia tidak jadi naik TJ, sepertinya dia memutuskan untuk naik gojek, pulang sendiri dong gue ak...

Mengalah bukan berarti kalah

Ketika gue berulang tahun pada tahun ini, gue mendapatkan beberapa ucapan atau surat surat kecil dari sahabat dan teman-teman gue. Yang menarik adalah isi dari surat tersebut. beberapa dari mereka hampir menyiratkan isi yang sama dalam suratnya. mereka bilang gue ini orang yang rela berkorban untuk teman-teman gue, orang yang rela mengalah, orang yang mendahulukan kebahagiannya demi kebahagian teman-teman gue. mereka berpesan pada gue untuk memikirkan diri gue sendiri, untuk tidak apa-apa menjadi egois sesekali, tidak apa mementingkan diri gue lebih dari gue memikirkan orang lain. dari semua itu, dapat gue simpulkan bahwa mereka belum benar-benar mengenal gue . Gue tidak bisa menyalahkan mereka juga, karena mungkin juga ini salah gue yang bermain teka-teki dengan mereka sehingga membuat mereka kurang tepat ketika menebak pribadi gue. maka dari itu, gue menulis ini, walaupun gue tidak pernah meminta kalian membaca ini, paling tidak gue sudah membuka jalan untuk kalian lebih mengen...

Mencintai diri sendiri

Gue gak pernah mempercayakan diri gue pada laki-laki yang tidak mencintai dirinya sendiri. Kalian pasti sering banget ya nemuin seseorang yang mengecilkan dirinya dengan kadar yang berlebih atau seseorang yang mencari perhatian dengan cara menunjukkan rasa kesepiannya kepada orang lain. gue bukan tipe perempuan yang ilfeel dengan fisik seseorang, terserah mau muka dia begimane kek, tingkah dia seabsurd begimane juga, asal jangan lakuin dua hal itu. i'm seriously, setampan apapun laki-laki kalau dia menunjukkan rasa kesepiannya secara gamblang atau menunjukkan ketidakpercayaan dirinya dengan kadar yang berlebih membuat gue berhenti untuk mengaguminya. Bagi gue, seseorang yang tidak percaya akan dirinya sendiri belum pantas untuk mencintai orang lain. okelah memang setiap orang harus memiliki rasa rendah hati, tapi bukan rendah diri juga. Mereka yang terlalu mengecilkan dirinya bagi gue sama saja dengan mengecilkan Tuhannya. Tuhan sudah menciptakan setiap manusia dengan ...

Kepada seseorang yang sedang jatuh cinta

Kepada seseorang yang sedang jatuh cinta, ketika jatuh cinta semua terasa berjalan lebih lambat, entah itu waktu, ataupun senyuman yang dia berikan. ketika dia terseyum kamu seakan-akan melambung tinggi ke langit, padahal dia tidak hanya memberikan senyumannya kepadamu. ketika jatuh cinta hal-hal kecil tentangnya berubah menjadi hal-hal besar bagimu. ketika jatuh cinta kamu mulai mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dia lakukan, bahkan dia sendiri tidak menyadarinya. ketika jatuh cinta duniamu mulai berpusat padanya, kamu mulai menghubungkan hal yang terjadi kepadamu dengan dia. ketika jatuh cinta lelucon basi darinya terasa amat menggelitik, kamu tau itu karena apa? karena kamu tertawa dengan hati, bukan dengan logika.  ketika jatuh cinta kamu tidak lagi peduli dengan cinta lain yang datang padamu. ketika jatuh cinta kamu hanya ingin melihatnya, dan terus melihatnya, seakan-akan hanya ada dia di dunia ini. ketika jatuh cinta kantong rindumu tidak...

Generasi tega

Senja hari ini gue habiskan dengan melihat cuitan-cuitan banyak orang di twitter, salah satu yang menarik perhatian gue adalah beberapa hastags soal SN, sebagian besar netizen sudah familiar sekali dengan laki-laki berinisial SN.  Gue mengikuti beberapa drama-drama politik yang terjadi dengan dirinya, entah itu hanya settingan ataupun realita gue juga gak mau menghakiminya. Tapi bukan berarti gue gak kecewa. Jujur gue kecewa, bukan soal kasus korupsi yang beredar (karena ini pasti mengecewakan warga Indonesia), melainkan karena gue merasa bahwa beliau belum mampu untuk mengikuti proses hukum dengan baik.  Tetapi dibalik kasus beliau yang sedang panas, terutama di media sosial, ada hal yang membuat gue jauh lebih kecewa.  Gue melihat banyak sekali cuitan-cuitan kurang pantas yang membahas soal SN, lebih tepatnya menyindir sih menurut gue. Mereka mengomentari tindakan yang dilakukan SN dengan kata-kata penuh cacian, kata-kata yang membuat gue sendiri bergidik...

Introvert dalam Ekstrovert

Kalau di test test kepribadian sebagian besar hasil testnya menunjukkan gue ini seorang Ekstrovert. tapi diri gue tidak membenarkan sepenuhnya, karena nyatanya gue ini memiliki sisi introvert yang lebih besar, atau sebanding? gue juga gak tahu, gue sendiri pun gak bisa bilang diri gue seorang ambivert karena baru satu hasil test yang menunjukkan gue seorang ambivert, dan gue belom bisa meyakininya hanya karena satu test saja. Gue ini sangat pemalu dalam hal menunjukkan tulisan-tulisan receh gue, oleh karena itu gue gak pernah meminta orang lain yang tidak dekat dengan gue untuk membaca hasil tulisan-tulisan gue. lalu bagaimana jika ia yang menemukannya sendiri? tidak apa-apa. bagi gue menulis adalah cara agar gue ditemukkan,  Lewat tulisan, gue berharap orang lain yang ditakdirkan untuk membaca tulisan gue mengenali sisi lain dari gue, sehingga mereka tidak melihat sisi ekstrovert gue saja, melainkan sisi introvertnya gue. karena banyak sekali orang yang bilang kalau ...

More than candy

Hari ini libur kuliah, wacananya mau nyicil tugas tapi realitanya malah bermain-main dengan angan sendiri, sampe akhirnya tenggelem.  ciaw.  karena merasa gak ada yang gue hasilkan hari ini, akhirnya gue memutuskan untuk menutup hari dengan sedikit produktif, ngeblog! Happy banget! kemarin abis ikut acara Unified Youth Activation National Workshop 2017, yang diadakan oleh Special Olympics Indonesia. acaranya dilaksanakan pada tanggal 22-24 September di PP-PON Cibubur. Gue disana berperan sebagai pendamping atau dalam acara tersebut disebut dengan youth partner. youth partner adalah pendamping bagi athlete disabilitas, khususnya intelectual disabilitas yang menjadi target dari acara tersebut. Tapi gini, yang mau gue ceritain disini bukan tentang runtutan acaranya, bukan tentang seberapa hebatnya acara ini karena gue jamin acara ini sudah sangat keren dan luar biasa. yang jadi fokus gue pada acara ini adalah tentang mereka, temen-temen luar biasa gue. S...

Lemah boleh bodoh jangan

Beberapa hari yang lalu gue gak sengaja nyeletuk kata-kata ini ketika sedang berdiskusi kecil-kecilan dengan temen-temen, dan anehnya kata-kata ini terus muter-muter di otak gue sampai detik gue menulis ini. "lemah boleh, bodoh jangan." Kalau dilihat dari konteks kalimatnya ini bisa ditujukkan kepada perempuan-perempuan jaman sekarang (gue juga termasuk),  gue mau menarik benang merah antara kalimat celetukkan gue dengan seorang perempuan. Perempuan jaman sekarang -terlalu- sering menjadi korban atas kelemahan dan ketidakberdayaannya. tapi sebenarnya ia menjadi korban atas suatu tindakkan yang bisa disetirnya bukan karena ia lemah dan tak berdaya melainkan karena kebodohannya. misalnya, ketika perempuan tersebut mendapat kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual oleh kekasihnya sendiri, atau korban dari ke'kurang'kerjaan orang yang menjalin hubungan dengannya. Kenapa gue bilang ke'kurang'kerjaan dari orang yang menjalin hubungan denga...