Lemah boleh bodoh jangan

Beberapa hari yang lalu gue gak sengaja nyeletuk kata-kata ini ketika sedang berdiskusi kecil-kecilan dengan temen-temen, dan anehnya kata-kata ini terus muter-muter di otak gue sampai detik gue menulis ini.

"lemah boleh, bodoh jangan."

Kalau dilihat dari konteks kalimatnya ini bisa ditujukkan kepada perempuan-perempuan jaman sekarang (gue juga termasuk),  gue mau menarik benang merah antara kalimat celetukkan gue dengan seorang perempuan.

Perempuan jaman sekarang -terlalu- sering menjadi korban atas kelemahan dan ketidakberdayaannya. tapi sebenarnya ia menjadi korban atas suatu tindakkan yang bisa disetirnya bukan karena ia lemah dan tak berdaya melainkan karena kebodohannya.
misalnya, ketika perempuan tersebut mendapat kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual oleh kekasihnya sendiri, atau korban dari ke'kurang'kerjaan orang yang menjalin hubungan dengannya.

Kenapa gue bilang ke'kurang'kerjaan dari orang yang menjalin hubungan dengannya?

Begini, sekarang, di jaman yang serba terbuka ini banyak sekali perlakuan yang menempatkan perempuan ke dalam posisi terpojokkan. misalnya ketika seorang perempuan menjalin hubungan dengan laki-laki dan laki-laki tersebut memperlakukkan perempuan itu dengan tidak layak, misalnya melakukan apa yang seharusnya  mereka tidak lakukkan, seperti (maaf) berhubungan suami istri, lalu setelah si laki-laki sudah merasa puas dengan tindakkannya, ia memutuskan untuk mencampakkan perempuannya, as you know, disini gue tidak hanya menyalahkan lelakinya, melainkan juga perempuan, dan orang-orang yang berada di lingkungannya. kenapa begitu? nanti akan gue bahas.

Sebelumnya biar gue luruskan terlebih dahulu, gue bukan perempuan yang gak punya dosa, bahkan sangat tidak pantas bagi gue mengkritik apa yang mereka lakukkan, jadi disini gue hanya berusaha mengeluarkan beberapa statement yang nantinya akan menjurus ke kalimat celetukkan gue, atau lebih sederhanya gue hanya menyampaikan pendapat gue disini, bukan untuk menjudge tindakan seseorang melainkan hanya untuk menyampaikan buah pikiran gue.

Kenapa gue tidak hanya menyalahkan laki-laki tersebut atas tindakkannya?
kalian tahu gak sih ucapan bang napi di salah satu berita yang dulu sangat terkenal di masanya (kalau kalian gak tau, berarti gue cukup jadul), dia bilang gini (correct me if i'm wrong) 

"Kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan" 

Nah jadi sudah tergambarkan mengapa gue tidak hanya menyalahkan para lelaki ataupun orang yang ada di balik kejahatan tersebut?
lelaki yang melakukan perbuatan tersebut tidak akan bisa mereleasasikan aksinya jika tidak didukung dengan 'kesempatan' yang diberikan oleh si perempuan.

Eh, gimana toh maksudnya? jadi maksudnya perempuan gitu mancing-mancing laki-laki tersebut? lah terus kasus yang pemerkosaan gimana?

Kalo kalian berfikiran seperti itu coba balik lagi ke paragraf sebelumnya. dengan jelas sekali bahwa keadaan yang gue bahas disini ialah 'in relationship'. tapi tenang, gue akan bahas juga tentang 'keadaan-keadaan yang tidak terduga' seperti itu, tapi tidak di postingan ini, karena gue tidak ingin menjalar kemana-mana, karena yang ingin gue bahas dalam postingan ini ialah kondisi dimana perempuan 'bisa' menyetir keadaan, bukan kondisi yang tidak terduga seperti itu.

Maafkan jika pendapat gue menyakiti pihak manapun, menurut gue perempuan tetap memegang kendali penuh atas setiap tindakan yang terjadi pada dirinya. ketika perempuan menjalin sebuah hubungan dengan laki-laki ia perlahan-lahan akan memberikan kesempatan-kesempatan kecil kepada lelakinya untuk melakukan perbuatan yang belum tepat, berawal dari mulai terbiasanya berpelukkan di tempat umum, kissing di tempat umum, lalu berjalan ke tahap mencari tempat-tempat yang bisa melancarkan aksi lelakinya, hingga setelah kesempatan-kesempatan tersebut berhasil terkumpul menjadi satu munculah niat laki-laki untuk melakukan hal yang lebih, menuntut hal yang belum pantas. awalnya si perempuan mungkin menolaknya namun karena dilihat masih ada kesempatan, laki-laki tersebut tidak menyerah, ia terus mencari celah sampai akhirnya perempuan tersebut berhasil membuka kesempatan yang lebar kepada lelaki tersebut.dan seperti yang sudah diketahui terjadinya perbuatan yang seharusnya tidak terjadi.

Lalu setelah lelaki tersebut berhasil meluncurkan aksinya ia dengan double kurang ajarnya meninggalkan si perempuan tersebut. lalu ketika sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan?

Semua pihak yang ada di lingkungnnya, kenapa begitu?

Karena tanpa kita sadari 'kita' sebagai orang yang ada di lingkungan mereka pun ikut turut andil dalam kegiatan mereka.

"kok gitu?"
Karena ketika kita melihat mereka berkesempatan untuk melakukan hal-hal yang seperti itu, kita malah makin memperlancar aksinya dengan cara memberi dukungan-dukungan kepada mereka, berawal dari ucapan 'semoga langgeng' hingga ke 'semoga betah' nginep di villa aku.

Betapa mengerikannya.

Padahal kita bisa saja memutuskan kesempatan itu, namun teganya malah kita semakin melancarkannya. betapa 'kurang pantasnya' perbuatan kita.

Gue sendiri merasa sedih, amat sangat sedih ketika mendengar salah satu teman lama gue melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan, gue sempet berfikir "gue ini temennya bukan sih? kemana gue sampai dia bisa memiliki kesempatan melakukan itu?"

Tapi satu sisi gue sadar juga, gue udah gak ada di lingkaran yang mereka lakukkan.

Kita emang gak berhak untuk mengatur kehidupan orang lain, tapi kita memiliki kesempatan untuk berperan dalam hidupnya, tinggal kitanya memilih ingin mengambil peran yang seperti apa.

Dan perempuan, jika kita merasa tidak berdaya atas suatu tindakan sehingga menjadikan kita lemah tidak apa-apa, tetapi tetap ingat, kita masih bisa untuk tidak bodoh, kita bisa melakukan berbagai cara untuk menyetir keadaan, jangan sampai kita disetir oleh keadaan, karena itu bukan hanya lemah melainkan bodoh juga.

Seperti halnya banyak beredarnya foto-foto 'kurang pantas' perempuan yang disebarkan oleh mantan pacarnya sendiri. apakah ini kelemahan dari seorang perempuan? bukan, melainkan kebodohan dari seorang perempuan. ketika seorang perempuan sadar akan tindakan yang dilakukan kekasihnya tidak tepat, ia bisa saja membalikkan keadaannya. bukan malah berlarut memberikan kesempatan pada laki-laki tersebut untuk memiliki 'foto-foto yang kurang pantas tersebut'.

Disinilah betapa tidak mudahnya menjadi seorang perempuan. 

Gue pribadi masih jauh sekali dari kata-kata perempuan yang cerdas, gue dan perempuan lainnya di luar sana masih terus belajar untuk menjadi perempuan yang dapat menjaga harga dirinya, untuk menjadi perempuan yang pintar dan tidak dibodohi keadaan (insya Allah, semoga kita-kaum perempuan- bisa dilindungi oleh Allah dari orang-orang yang berniat membodoh-bodohi kita).

Gue sendiri tidak pernah menganggap bahwa perempuan yang menjadi korban dari kekurangajaran pasangannya ialah perempuan yang menjijikkan, tidak, gue gak pernah berfikiran seperti itu. karena mungkin aja gue lebih menjijikan dari mereka, kita gak akan pernah tahu, hanya Tuhan yang tahu segala tentang kita. biarlah itu menjadi urusannya dengan Tuhan, gue tetap ingin berteman dengannya, karena yang gue tidak sukai adalah sikapnya bukan individunya. 

Gue gak tahu alasan apa mereka melakukan tindakan itu, mau seperti apapun mereka tetap punya hal yang bisa gue pelajari. dari mereka gue bisa belajar banyak. toh semua orang punya masa kelamnya sendiri, gue juga punya, dan ribuan lainnya juga punya kita tidak berhak untuk menjauhi mereka karena apa yang mereka lakukkan. disini gue hanya menghadirkan sedikit sudut pandang gue tentang kejadian tersebut, tidak lebih, bukan untuk menunjukkan bahwa gue lebih hebat (karena gue sama sekali gak hebat), melainkan untuk pengingat gue sendiri bahwa masih banyak hal yang gue harus pelajari. sungguh.

Semua orang punya sudut pandang atas persoalan apapun, termasuk kalian yang membaca ini dan menganggap bahwa sudut pandang gue sangat tidak tepat atau apapun, wajar saja. itu hak kalian. gue tidak akan pusing dengan tanggapan miring apapun, karena postingan ini benar-benar bukan untuk menebar kebencian, melainkan untuk mengajarkan gue bahwa kita harus membuka pikiran kita untuk menerima sudut pandang orang lain yang tidak sejalan dengan kita. Menerima, bukan setuju. tolong bedakan.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk