Generasi tega
Senja hari ini gue habiskan dengan melihat cuitan-cuitan banyak orang di twitter, salah satu yang menarik perhatian gue adalah beberapa hastags soal SN, sebagian besar netizen sudah familiar sekali dengan laki-laki berinisial SN.
Gue mengikuti beberapa drama-drama politik yang terjadi dengan dirinya, entah itu hanya settingan ataupun realita gue juga gak mau menghakiminya. Tapi bukan berarti gue gak kecewa. Jujur gue kecewa, bukan soal kasus korupsi yang beredar (karena ini pasti mengecewakan warga Indonesia), melainkan karena gue merasa bahwa beliau belum mampu untuk mengikuti proses hukum dengan baik.
Tetapi dibalik kasus beliau yang sedang panas, terutama di media sosial, ada hal yang membuat gue jauh lebih kecewa.
Gue melihat banyak sekali cuitan-cuitan kurang pantas yang membahas soal SN, lebih tepatnya menyindir sih menurut gue. Mereka mengomentari tindakan yang dilakukan SN dengan kata-kata penuh cacian, kata-kata yang membuat gue sendiri bergidik ketika membacanya. Bahkan ada beberapa dari mereka yang mengganti foto hewan dengan wajah SN tersebut. sungguh miris sekali melihatnya.
Ketika melihat itu semua, tiba-tiba saja gue menempatkan posisi gue sebagai seorang anak dari SN (tolong jangan berfikiran menyimpang dari maksud yang gue siratkan), gimana ya kalau anaknya beliau melihat cuitan-cuitan ini? pasti menyakitkan sekali. karena seperti apapun perlakuan orang tua pasti seorang anak tidak pernah tega melihat orang tuanya dihujani kata-kata yang tidak pantas, terlebih lagi kata-kata tersebut berasal dari orang yang hanya melihat beritanya dari layar digital atau surat kabar saja.
mungkin memang benar semua tindakan yang beliau lakukan sangat mengecewakan dan bahkan sangat dibilang tidak pantas, tetapi apakah tindakan yang kita lakukan juga sudah terbilang pantas?
dengan menyindir seseorang dengan kata-kata penuh cacian? waduh, jika kita beranggapan bahwa tindakan tersebut pantas untuk diterima SN karena tindakan yang dia lakukan terhadap bangsa ini rasanya seperti ada yang harus dibenahi, ya?
Tega banget ya, yang gue lihat saat ini adalah generasi tega, generasi yang melihat dari satu arah saja lalu menyimpulkan semuanya, seakan-akan dia telah mengetahui segalanya.
kadang kala, gue berusaha mencari-cari jawaban atas pertanyaan ngejlimet yang muter-muter di otak gue, apa sih alasan yang sebenarnya ketika 'dia' melakukan korupsi? apa karena tekanan dari keluarganya? mungkin saja karena kehausan akan dunia yang tidak pernah usai? atau malah ada alasan lain dibalik itu semua? etahlah, lalu jika memang ia melakukannya dengan terpaksa apa itu semua membuatnya layak untuk dimaafkan? apa keluarga bisa dijadikan alasan untuk dia melakukan hal tersebut? sebenarnya ketika ia melakukan hal tersebut mereka sempat memikirkan cara untuk berhenti dan meninggalkan tindakan tersebut, gak sih? semua pertanyaan tersebut memenuhi otak gue, dan hingga sampai saat ini gue masih terus mencari jawabannya. gue gak yakin bisa dapat jawaban mutlak tetapi gue berharap setidaknya gue memiliki kacamata lain dalam memandang kasus tersebut.
Daripada menyindir dan mengeluarkan kata-kata cacian, mengapa tidak membuat sebuah wadah diskusi saja? wadah dimana bisa dijadikan tempat untuk bertukar pikiran dan menghasilkan solusi yang 'barangkali' dapat menyelesaikan masalah. bukan hanya sekedar berkomentar tanpa menghasilkan apapun, jadi seperti tong kosong nyaring bunyinya ya?
Jangan mengotori diri hanya karena tindakan seseorang, jangan menjadikan dosa orang lain untuk kamu berbuat dosa juga. barangkali dia memang bukan orang yang baik, namun kita tidak menjadi lebih baik ketika kita menjatuhkannya.
Coba, sesekali lepas kaca mata kita, coba lihat dari kaca mata orang lain, kadangkala kita dibutakan oleh pandangan kita sendiri. kadangkala hati kita menjadi tertutup ketika kita tidak mencoba untuk menahan ego kita. ego untuk ikut mencaci, ego untuk mengatakan bahwa 'dia pantas mendapatkan ini.' dan ego-ego lainnya yang menjadikan kita buta akan dunia. buta bahwa dunia ini memiliki arah pandang yang luas sekali. kita kadang kala juga lupa bahwa disetiap tindakan yang menurut kita tidak pantas ada alasan dibalik itu semua, memang apapun alasannya rasanya tidak pantas dijadikan alasan dia melakukan suatu tindakan yang tidak pantas.
Jika ditanya pada sisi lain diri gue, gue tidak menerima alasan apapun dibalik tindakan para koruptor, gue juga benci. sangat. tetapi gue sadar, ketika gue ingin berpendapat akan suatu hal gue harus berani melepas kacamata gue, gue gak boleh hanya melihat satu persoalan dari sudut pandang yang itu itu saja.
Jangan tergabung dalam generasi tega ya, Ratna? walaupun sangat sulit tapi berusahalah Na.
meski rasanya ingin sekali menghamikimi para tikus-tikus berdasi tersebut tetapi kita harus pahami juga dampak dari tindakan kita, bagaimana dahsyatnya cacian kita untuk perkembangan mental anak atau keluarga terdekatnya, cacian itu terlihat spele, dan seringkali dijadikan bahan bercandaan, tetapi rasa sakit seseorang juga bukan hal yang main-main kan, Na?
Jangan mencoba merebut peran malaikat pencatat amal baik dan buruk seseorang, takutnya, ketika kita sibuk mencatat perlakuan buruk orang lain kita sendiri lupa bahwa ada juga loh yang mencatat setiap tindakan kita :p
Cukup tempatkan posisi kita bila menjadi dia, cukup munculkan satu pertanyaan dalam hatimu ketika melihat tindakan orang lain yang membuatmu merasa terganggu, pertanyaan tersebut adalah,
"gimana kalau gue jadi dia, atau malah dia yang diperlakukan sebegitunya adalah orang yang gue sayangi, akankah gue menjadi setega itu?"
Komentar
Posting Komentar