Who is you?
Welcome, Nopember!
Nopember tahun ini dibuka dengan sesuatu yang berkesan buat gue.
Kemarin, tepat di pembuka Nopember gue bertemu dengan seseorang. Seseorang yang meninggalkan kupu-kupu kecil dalam hati gue.
Seperti kebiasaan beberapa minggu belakangan ini, gue berangkat dan pulang kampus menggunakan Transjakarta dan Gojek. Ketika berangkat ke kampus gue melihat seorang kernet TJ yang mengalihkan pandangan gue, entah karena apa. Gue mencoba menepis keinginan gue untuk melihatnya sekali lagi, maka gue putuskan untuk bergeser agak kebelakang, menghadap kaca jendela, tujuannya agar gue terfokus melihat suasana jalan.
Hari itu kuliah gue berasa cepet banget, dosen mata kuliah ke dua gue gak hadir jadi kami hanya menonton film lalu me-reviewnya. Gue pulang sebelum dzuhur, sekitar jam 11.30-an.
Tadinya gue berniat pulang bareng berdua dengan salah satu teman gue, cuma dia tidak jadi naik TJ, sepertinya dia memutuskan untuk naik gojek, pulang sendiri dong gue akhirnya.
Jadi di lampu merah depan Arion gue melihat TJ arah Pulo gebang baru saja lewat, yah. ketinggalan. Batin gue. Seperti biasanya jika gue ketinggalan TJ arah pulo gebang, gue harus menunggu sekitar -/+ 30 menit, karena emang TJ ke arah pulo gebang hanya dua atau tiga armada. memang tidak terlalu lama tapi terasa melelahkan jika menanti dalam keadaan lapar. apalagi dalam keadaan rindu.
Setelah -/+ 30 menit menanti akhirnya TJ Pulo gebang dateng, uye. Sambil menanti penumpang yang turun gue-secara tidak sengaja-melihat mas-mas kernet yang tadi pagi. Ketika penumpang sudah turun semua, mas-mas itu pun senyum dengan tatapan yang mengisyaratkan 'ini orang kayak gue kenal' , seperti menyadari bahwa gue adalah penumpang TJ yang pagi tadi, akhirnya dia mempersilahkan gue masuk.
Gokil, sepi coy. bener-bener cuma gue sendiri penumpang di TJnya. Ketika gue sudah duduk mas kernet membuka obrolan. "cepet banget mbak kuliahnya." gue pun tersenyum lalu membalas ucapannya. Obrolan kami tidak berhenti sampai disitu, obrolan gue dan mas kernet terus berlanjut, dari membicarakan hal yang serius seputar pekerjaannya dan kuliah gue hingga membicarakan hal yang random dan gak jelas. seperti membicarakan perihal stand-up comedy dan acara The comment NET TV.
Seru, gokil, menyenangkan, itu anggapan gue tentang masnya. Gue berasa penumpang VIP aja, karena dari awal gue masuk bus itu, sampe halte gue turun gue menjadi satu-satunya penumpang, seriously! bener-bener gue doang penumpangnya, seakan-akan kayak TJ itu dateng cuma buat jemput gue aja gitu (pret), karena keadaan yang mendukung terciptalah guyonan-guyonan yang membuat bus tersebut rame, walaupun hanya berisi tiga manusia di dalamnya, sampai pak supir yang tadinya diam ikut nimbrung mengobrol sesekali. Lebih tepatnya meledek gue dengan mas kernet sih. Hahaha jail amat sih pak.
Gue baru sadar, kalo ternyata mas itu benar-benar menghadirkan sosok gue yang tidak pernah muncul ketika gue berinteraksi dengan orang baru. Orang yang baru pertama kali berbicara dengan gue tidak akan pernah mendapati gue seantusias itu ketika berbicara dengannya, tapi gue merasa beda. Berbicara dengan mas kernet membuat gue seperti menemukan sodara kembar gue, sisi lain dari diri gue. Pernah gak sih lo ketemu sama orang yang bener-bener bisa buat lo jadi diri lo yang utuh, yang bener bener elu gitu, yang selama ini lo tampakkin kalo sama orang terdekat lo aja-atau paling tidak orang yang sudah beberapa kali berinteraksi dengan lo-bukan orang yang benar benar baru kenal dengan lo. Ini bukan soal cinta-cintaan. Diluar dari itu, gue belajar banyak hari itu.
Bahwa sebenarnya orang lain bukannya menyebalkan, bukannya pendiam dan tidak ingin berbicara. Jangan dulu menghakiminya dengan anggapan bahwa dia orang yang tidak menyenangkan, karena sebenarnya mereka hanya belum merasa klop dengan lo, percaya atau tidak, jika kita menemukan seseorang yang dirasa cocok dengan kepribadian kita (yang gue maksud klop menjadi teman), kita akan banyak bercerita, kita rela mendengarkan, meskipun bukan hal yang kita minati, kita rela mendengarkan asalkan kita bisa melihat semangatnya bercerita. Sungguh, itu yang gue rasakan dengan mas kernet itu.
Siang itu terasa sejuk sekali, siang yang terasa menyenangkan ketika gue habiskan dengan sisi lain dari diri gue, sampai gue tidak sadar kalau gue sudah mau turun di halte yang gue tuju, mas kernet dan bapak supir menawari gue untuk turun di halte akhir, mungkin agar busnya tidak kosong dan sepi, sebenarnya bisa saja gue turun di halte terakhir, jaraknya juga hanya dua halte berikutnya, dan tidak jauh dari rumah, hanya saja jam sudah menunjukkan pukul satu kurang, gue belom solat coy, udah gitu ada tugas yang menunggu untuk gue kerjakan, gue gak mau hanya karena gue menuruti nafsu kesenangan gue, gue jadi menelantarkan kewajiban gue. Mas kernet sempat menawari gue untuk dianter dengan motornya yang ia taruh di halte terakhir, karena jam kerja dia juga sudah selesai, itu putaran terakhirnya hari itu, katanya. Namun gue menolak, bukan karena gue gak mau lanjut berbicara dengan masnya, tapi rasanya sangat aneh jika gue mengiyakan ajakan masnya.
Akhirnya gue turun di halte tujuan gue, halte dimana gue biasa berangkat dan pulang.
Ah, gue inget! gue dan mas kernet bahkan lupa untuk bertanya nama. Gue gak tahu siapa nama mas kernet itu. Gue juga samar dalam mengingat wajah mas kernet itu, tapi satu yang gue inget dengan jelas, suaranya. Gue memang typical auditori banget, gue lebih senang mengingat suara orang tersebut hingga ke detailnya, misalnya bagaimana dia memainkan intonasi, bagaimana dia memainkan jarak di setiap kata yang keluar dari mulutnya, hingga bagaimana cara dia tertawa, masih sangat jelas.
Tapi rasanya mengenal suara seseorang untuk menemukan orang tersebut bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami, jarumnya yang pentul, yang kecil pulak. Susah.
Coba aja kali itu kami sama-sama mengingat kebiasaan yang orang lain lakukan, berkenalan nama. bukannya malah menceritakan dimana rumahnya, apa yang diinginkan, bagaimana kegiatan kerjanya, siapa comica favoritnya, hal-hal yang malah harusnya dibicarakan ketika sudah mengenal orang tersebut.
Ah yasudahlah, mungkin mas kernet hanya hadir di pembuka Nopember gue saja. sebenarnya gue berharap dapat menjadi teman mas kernet, rasanya pasti gokil. Namun sepertinya kemungkinannya sangat kecil, karena mas kernet bilang dia kerjanya di rolling, pindah-pindah sesuai di koridor mana ia ditempatkan. Tapi tidak apa-apa. Gue percaya bahwa Allah menghadirkan seseorang di hidup kita dengan maksud tertentu, hanya singgah ataupun menetap, itu menjadi urusan-NYA.
Mas tanpa nama, jika suatu saat nanti kita bertemu lagi, semoga masnya menyapa saya ya, jangan tunggu saya menyapa masnya, karena gambaran saya tentang wajah seseorang yang baru sangatlah lemah. Ketika mas sudah bersuara barulah saya mengenali masnya. Semoga kita dapat berteman. Semoga obrolan gila kita tidak hanya berakhir di hari itu saja. Semoga mas tidak melupakan ajakan mas untuk mengajak berbincang di sebuah kedai kecil yang kita lewati. Bercanda atau tidak ajakan itu, saya tidak peduli. Saya tidak mengharapkan cerita-cerita di FTV muncul, saya hanya berharap kita menjadi teman bertukar pikiran, tidak lebih.
Saat ini saya benar-benar sedang menjaga satu pertanyaan dalam pikiran saya, satu pertanyaan yang akan menjawab semua rasa penasaran saya tentang mas tanpa nama, pertanyaan yang semoga akan dapat terjawab jika kita diijinkan bertemu kembali, Hi you! who is you?
Komentar
Posting Komentar