Menyamakan frekuensi

Sulit emang tapi bukan berarti gak bisa untuk dilakukan.
jadi akhir-akhir ini gue lagi mengalami masa krisis keyakinan terhadap kata kerja kelompok. Bukan karena gue gak mempercayai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, sama sekali enggak. Gue seribu kali yakin bahwa setiap orang selalu memiliki kemampuan yang mereka ungguli. Disini gue lebih ingin berbicara gimana peliknya gue dalam mencoba menyamakan frekuensi gue dengan orang-orang yang menjadi partner tugas gue.
Beberapa hari yang lalu gue inget sekali ketika salah satu temen gue mengucapkan satu kata yang hingga saat ini terngiang-ngiang di otak gue.
Apa kata itu?

Rilex.


Aneh aja gue, kata begitu aja sampe harus gue pikirin coba.


Buat sebagaian orang pasti pernah mengalami masa dimana  kalian seakan-akan berpacu sendirian, berlari sendiri disaat orang lain berjalan santai di belakang kalian, kalian merasa, apa gue terlalu cepet? atau mereka yang terlalu lama? 

Pernah gak sih?

Untuk gue yang bisa dibilang seorang planner sangat terbiasa mengerjakan sesuatu beberapa waktu sebelum deadline, bukan berarti gue gak bisaa mengerjakan sesuatu dalam masa deadline, gue cuma gak nyaman aja, menurut gue kalau bisa dikerjain dari jauh-jauh hari kenapa harus mepet mepet? kecuali kalau emang terpaksa ngerjain mepet, baru ntuh.

Gue sangat sadar bahwa ada beberapa gaya belajar atau gaya mengerjakan tugas seseorang, tidak masalah jika dia memilih mengerjakan tugas dalam tenggat waktu yang mepet tapi apakah hal itu berlaku juga dalam tugas kelompok?

Gue mau share sebuah pengalaman gue.

Ketika seminggu sebelum presentasi kelompok gue bertanya pada teman-teman kelompok gue, soalnya gue bingung aja kok belom ada omongan apa-apa gitu terkait pengerjaan tugas kelompok. gue takutnya gue ketinggalan pembagian tugas, gue takut kalo gue yang ternyata gak ada inisiatif untuk bertanya soal tugas, makanya gue coba tanya deh di grup kelompok.
gue mendapat respon, tapi hanya dari beberapa orang.

Ternyata memang belum ada pembagian tugas apapun, bahkan belum membicarakan apapun. Sedikit senang namun ada sedikit rasa khawatir juga. Gue agak khawatir, akankah gue bisa menyamakan frekuensi dalam mengerjakan tugas kelompok ini. Sebenernya ingin sekali gue langsung bilang "ayo bagi-bagi tugas aja" tapi gue mencoba menahan, gue berpikir kalo gue harus mencoba untuk menyeimbangkan mereka, gue mencoba tenang, "coba tahan sampai besok Na. Kalo gak ada omongan apapun sampai besok barulah lu mulai membicarakan pembagian tugas." Pikir gue.

Gue tunggu hingga besok malam, tapi nihil. Gak ada omongan apapun.
Akhirnya gue memutuskan untuk memulai terlebih dahulu. Sekedar menanyakan pembagian tugas kelompok.
Seperti kemarin, hanya beberapa orang yang merespon antusias. Mungkin dia juga menunggu ada yang memulai obrolan ini, menurut gue. 

Akhirnya beberapa anggota kelompok--termasuk gue--selesai membagi bagi tugas yang harus dikerjakan setiap anggotanya. dan kami sepakat bahwa tugas tersebut harus diselesaikan h-2 pengumpulan tugas, untuk kemudian kami satukan dalam bentuk makalah dan kami buat PPT-nya untuk dipresentasikan.

Agak tenangan dong gue. Akhirnya gue bisa mengerjakan tugas yang menjadi bagian gue.
Singkat cerita waktu penyatuan tugas kelompok namun  belom ada omongan apapun di grup, dan belum ada satupun yang mengirim hasil tugasnya. Gue penasaran dong, gue kirim lah tugas yang menjadi bagian gue. dan hanya ada satu atau dua orang yang merespon dengan ucapan "aduh sorry ya gue belum bisa nyelesain nih" yang satunya lagi "aduh gue juga tadi gue ada kegiatan" OK. Gapapah, wajar aja dong kalo dia punya kegiatan jadi agak telat kumpulin tugasnya, gue coba menunggu aja sampai besok.
Akhirnya bener-bener udah h-1 pengumpulan tugas namun belom juga ada yang nyelesain bagian yang harus diselesaikan masing-masing anggota.

Darah gue udah mulai bergejolak coy wkwkwkkw

Maap-maap nih yaa, gue gemes aja gitu, kenapa sih banyak orang yang  hobi banget nganggep enteng tugas kelompok, apa karena ada orang lain selain dirinya? 

Gue tau kalo kita perlu juga rilex dalam menghadapi hal-hal yang ada di hidup kita, tapi bukan berarti gak bertanggungjawab kan? 

Sorry coy, gue bukannya gak bisa santai tapi gue mencoba untuk menempatkan kapan gue harus santai, dan kapan gue harus bertanggungjawab. Apalagi ini tugas kelompok. ini bukan hanya menyangkut tentang lo, ada kepala lain dalam kelompok itu. Gue juga gak mau menghambat orang lain hanya karena gue menjadi benalu dalam kelompok. Agak aneh aja kalo lo bilang orang yang mencoba bertanggungjawab malah dibilang gak bisa santai. Ya jelas lah, siapa yang bisa santai kalo nantinya dia juga yang harus ngerjain semua-muanya, sementara dengan seenak jidat lo, lo ngeclaim bahwa lo juga ikut andil dalam pengerjaan tugas kelompok itu. wew. Menakjubkan.

Gue gak peduli kalo itu tugas individu lo, lo mau kerjain satu jam sebelom dikumpulin juga hak lo. Tapi coy tolonglah, gak semua orang bisa kuliah semudah lo. buat beberapa orang pasti menganggap kuliah itu enteng banget, tapi buat sebagian orang ada hal yang harus dikorbankan untuk dia ada di titik itu, dia gak cuma bertanggungjawab sama dirinya dan orang tuanya aja melainkan ada orang lain dibalik itu.

Tapi sekarang gue paham kenapa kita gak sejalan, ya karena kita ada di frekuensi yang berbeda. 
Coba aja kalo kita (lo dan gue) bisa lebih meredam ego kita masing-masing untuk mencari satu titik frekuensi yang sama. Gue yang harus mencoba untuk menjadi lebih santai ataupun lo yang mencoba untuk menjadi lebih bertanggungjawab. Kita yang saling memahami bahwa ini bukan hanya tentang lo atau gue, tapi ini tentang kita semua, jangan sampai orang lain ikut rugi karena kita tidak bisa mencari titik temun dari ketidaksamaan frekuensi yang kita miliki. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk