Dunia luar itu, menakutkan?

Orang yang takut akan dunia luar adalah orang yang tidak yakin bahwa dirinya mampu untuk bertahan.
Gue selalu beranggapan seperti itu, awalnya. Namun setelah apa yang gue lihat kemarin anggapan gue mulai sedikit bergeser.

Mungkin disini gue akan menceritakan sedikit tentang adik tingkat gue yang merupakan penyandang Autisme, gue gak akan membeberkan identitas dia, gue hanya menceritakan apa yang gue dapat selama beberapa jam bersama dia. Agar lebih mudah gue menyebutnya dengan 'A'.

Secara tidak sengaja kemarin gue satu bus dengan A. Gue pun mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan dia, ketika dia bertanya atau mengatakan sesuatu gue akan meresponnya. A ini memang istimewa, menurut gue dia cerdas. Dia mengatakan banyak hal selama di bus, dengan suara yang bisa dibilang kencang hingga membuat-hampir semua-yang ada di bus tersebut menitikan perhatiannya pada dia. Berbagai pandangan dari penumpang lain yang gue dapat amati, ada yang menatap dengan bingung, penasaran, hingga tatapan 'aneh', tidak apa-apa, mungkin itu hal yang wajar, karena sekilas, adik tingkat gue terlihat sama seperti orang pada umumnya. Jadi gue menganggap mungkin itu adalah bentuk keterkejutan beberapa dari mereka. Selama mereka tidak melontarkan kata-kata yang tidak pantas atau melakukan hal yang tidak manusiawi, gue tidak masalah. Toh tatapan itu tidak berlangsung lama, hanya ketika si A mengatakan sesuatu dengan suara yang keras.

Selama di dalam bus si A sibuk dengan hpnya, dia bilang dia ingin update di sebuah aplikasi pendeteksi posisi transportasi, aplikasi tersebut ialah aplikasi dimana kita dapat mengetahui posisi Transjakarta atau KRL. Entahlah apa yang dia update di aplikasi tersebut, karena lokasi duduk gue dan si A ini besebrangan, jadi gue gak tahu apa yang tepatnya dia update, yang gue tahu dia pasti menyantumkan beberapa foto kondisi bus yang penuh sesak. Mungkin gue akan putuskan untuk melihatnya ketika sudah sampai di rumah, karena gue seseorang yang bisa dibilang malas membuka hp di kendaraan jika tidak benar-benar penting dan bosan.

Setelah memakan waktu kurang lebih satu setengah jam (karena kondisi macet jadi agak lama) gue dan A turun di halte yang sama. Setelah turun, A bilang bahwa dia ingin mampir dahulu ke sebuah mini market, gue lihat diluar masih hujan. Eh tunggu, gue lupa bilang, sebenarnya si A ini punya kembaran (yang juga penyandang Autisme), yang selama di dalam bus duduk berjauhan dari kami, jadi gue gak punya kesempatan untuk ngobrol dengan si B (Kembaran A). Gue melihat si B menenteng sebuah kardus yang sudah tidak lagi berbentuk (ngerti gak? jadi kardusnya udah di lipet gitu), sebenarnya kardus itu akan digunakan untuk menutupi kepalanya agar tidak terkena hujan, walaupun terlihat besar tapi kardus tersebut hanya dapat dipakai untuk satu orang. 

Kemudian gue menawarkan diri untuk  mengantarnya ke mini market tersebut, karena gue juga bawa payung dan lokasinya tidak terlalu jauh dari halte. Maka berjalan-lah gue dan si kembar tersebut, si B bersama gue di bawah payung, sementara si A menggunakan kardus yang daritadi dibawa oleh saudara kembarnya. Selama di perjalanan si B tidak henti-hentinya bertanya pada gue, seperti siapa nama gue, gue ikut organisasi ini atau gak, dan pertanyaan-pertanyaan lain hingga kami pun sampai di mini market yang mereka tuju. Lalu setelah gue pamit pulang mereka masuk ke dalam mini market tersebut. Gue berniat memesan ojek online untuk sampai ke rumah, namun sepertinya hari itu aplikasi ojek online sedang eror jadi gue gak berhasil memesan ojek online. 

Daripada membuang-buang waktu, gue juga takut kemaleman, gue memutuskan untuk berjalan ke arah halte tempat kami turun dari bus, bukan untuk naik bus yang sama, melainkan gue hanya ingin menyebrang dan naik angkot. Ketika gue ingin berjalan ke arah halte tiba-tiba mobil di depan gue berhenti dan seorang laki-laki keluar dari dalam mobil tersebut, dia manarik kerah baju pengendara sepeda motor yang ada di belakangnya, sontak gue kaget banget, gue hanya bisa beristighfar dengan suara yang lumayan kencang karena kagetnya gue, kejadiannya berjalan sangat cepat, si pengendara motor tersebut sampai hilang keseimbangan, membuat motor beserta orang yang ada di belakang nya hampir saja terjatuh, gue lihat yang dibonceng adalah peremuan, gue ingin menolongnya tetapi mbak-mbak tersebut sudah dengan cepat berdiri dan berjalan menjauh dari dua laki-laki yang beradu argumen di tengah jalan tersebut. 

Gue gak tahu apa yang sebenarnya terjadi, yang gue dengar si pengendara mobil marah karena mobilnya dipukul oleh pengendara sepeda motor, terdengar aneh memang, karena pengendara mobil tersebut minta ganti rugi, padahal gue lihat juga tidak ada kelecetan apapun di mobilnya. ini gue serius, karena mobilnya ada di depan mata gue jadi gue bisa melihatnya dengan jelas.
Merasa muak dengan keadaan itu gue memutuskan mengabaikannya dan berjalan melalui mereka, karena sudah ada beberapa laki-laki yang sedang menengahi mereka, untungnya mereka memang belum sampai pada tahap adu jotos, mungkin karena terus di klakson dengan pengendara lainnya. Iya memang, perbuatan seperti berantem di tengah jalan itu sangat merugikan orang banyak, membuat macet. Apalagi berantemnya hanya karena hal yang menurut gue hanya membuang energi dan sebenarnya bisa diselesaikan dengan kepala dingin. 

Jalanan emang tempat paling beresiko buat semua orang, entah itu pengendara atau pun bukan, karena kita gak pernah tahu apapun yang akan terjadi di jalanan, kita tidak pernah tahu orang seperti apa yang akan kita hadapi di jalanan, apalagi ketika jam-jamnya pulang kantor, crowded. Orang-orang membawa semua kepenatannya ketika mengenadari sebuah kendaraan, rasa tidak sabar dan ingin segera sampai menguasai pikirannya, padahal bukan hanya ia yang capek, jutaan orang lainnya pun merasakan hal yang sama. Ketika rasa lelah bercampur dengan emosi maka pikiran dingin hanya ilusi, hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan malah dilakukan. Coba aja kita lebih pintar untuk meredam emosi pribadi kita, coba aja kita menyadari bahwa bukan hanya kita yang lelah, yang lain pun merasakan hal yang sama. Jadi tidak akan ada lagi perdebatan kecil hanya karena kaki yang tidak sengaja terinjak, kendaraan yang tidak sengaja tersenggol atau apapun hal lainnya. 

Lagipula ketika kita mengetahui jalanan adalah hal yang paling beresiko seharusnya kita juga paham bahwa mengendarai ataupun membawa kendaraan sudah sepaket dengan resiko-resiko seperti lecet ataupun tergores. Jadi ketika kita memiliki kendaraan berarti kita juga sudah siap dengan pengeluaran pengeluaran tidak terduga lainnya, jika dirasa belum siap ya tidak usah berkendara di jalanan, muter muter aja sana di pekarangan rumah naek motor, syukur-syukur kalo gak nyungsep yak.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 25 menit di angkot, akhirnya gue sampe rumah juga.
Setelah di rumah gue tiba-tiba teringat tentang update-an si A ketika di dalam bus. gue merogoh tas untuk mengabil hp gue, lalu gue membuka sebuah aplikasi dan menscrollnya hingga menemukan nama yang familiar dengan gue. Sebenarnya statusnya bisa dibilang biasa seperti kebanyakan orang lainnya, yaitu melaporkan bahwa bus tersebut sangat sesak, dan A pun mengusulkan agar pihak bus menambakan armadanya lagi. Rasanya update-an si A tidak sepenuhnya salah, jalur yang gue lewati hanya memiliki tiga armada, sampai-sampai tadi gue menunggu dua jam untuk naik bus yang tidak kunjung datang (mungkin juga karena macet, entahlah). Rasa penasaran gue muncul ketika melihat ada beberapa comment di update tersebut. 

Gue buka dong commentnannya.
What the.....
Tiba-tiba gue merasa sesak. Beberapa orang melontarkan comment yang memang terdengar memberi saran tetapi lebih ke arah hate comment, mungkin?
Mereka bilang bawa A orang yang tidak pernah beryukur karena meminta armada busnya ditambahkan, ada beberapa dari mereka yang mengatakan hal yang bahkan tidak perlu untuk dikatakan. 
Gila.
Gue jadi mikir, sebenernya ada bahayanya juga ketika kita berbicara hanya di dunia maya saja, kenapa? karena kita tidak benar-benar mengetahui orang seperti apa mereka, gue yakin juga bahwa kebanyakan atau malah semua orang yang comment tersebut tidak mengetahui bahwa si A ini merupakan penyandang Autisme. Mereka tidak tahu apa maksud yang sebenarnya ingin disampaikan di update-an dia, mungkin bagi orang kebanyakan itu hanya terlihat seperti rasa keluhan dan ketidakbersyukuran saja, tapi apa buat si A begitu juga?
Itulah pentingnya kita mengenal orang tersebut tidak hanya di dunia maya saja. Kita perlu mengenalnya secara langsung, harus mengetahui seperti apa dia sebenarnya, jika dirasa sesuatu yang ditampilkan di dunia mayanya menghadirkan sesuatu yang lu rasa kurang tepat sebaiknya jangan malah melontarkannya dengan comment-nan yang menjatuhkan, lebih baik ajak dia ngobrol dan berbicara di dunia nyata, dunia yang sebenarnya.

Tanpa disadari otak gue mengaitkan kejadian si A dengan kejadian yang gue alami di jalanan tadi, gue tiba-tiba terbayang bagaimana rasa khawatirnya orang tua si A dan B ini ketika melepaskan putranya ke dunia luar, dunia yang memiliki berbagai resiko, dunia yang bisa saja akan menjadi menakutkan buat mereka. Bagaimana jika nanti ketika di dunia luar, mereka berhadapan dengan orang yang seperti pengendara mobil yang diatas yang gue telah ceritakan, bagaimana jika di dunia luar tanpa pengawasan mereka bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah diharapkan oleh orang tua si A dan B untuk bertemu dengan putranya.

Meski satu sisi gue sadar, kita tidak boleh takut akan dunia luar, dunia luar nantinya yang akan memberi pelajaran pada kita bagaimana cara kita bertahan, gue juga tahu, meski dengan rasa khawatir yang akan muncul, tetapi menjadi orang tua dari A dan B pun harus berjiwa tegar, melepaskan anaknya agar mereka pun mengenal dunia luar beserta resiko-resiko yang akan mereka hadapi, agar membuktikan pula bahwa anak mereka bisa bertahan seperti orang pada umumnya yang seringkali menganggap dirinya 'normal'. Meski terkadang dunia luar menakutkan tetapi bukan berarti tidak ada hal indah didalamnya. 

Jadi bagi gue saat ini, orang yang takut akan dunia luar bukan merupakan orang yang tidak mampu untuk bertahan, melainkan adalah orang yang akan mampu bertahan. Karena dari rasa ketakutan itulah muncul pikiran-pikiran tentang bagaimana cara kita melindungi diri. Karena ketakutan akan dunia luar dapat memunculkan sisi keberanian kita untuk bertahan dan memproteksi diri. Selama ketakutan tersebut tidak lantas membuat kita enggan untuk keluar, enggan untuk mencari dimana sebenarnya sisi keindahan dari dunia luar yang menakutkan.
Karena setiap hal yang menakutkan akan selalu memiliki sisi keindahan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk