Mengalah bukan berarti kalah
Ketika gue berulang tahun pada tahun ini, gue mendapatkan beberapa ucapan atau surat surat kecil dari sahabat dan teman-teman gue. Yang menarik adalah isi dari surat tersebut. beberapa dari mereka hampir menyiratkan isi yang sama dalam suratnya. mereka bilang gue ini orang yang rela berkorban untuk teman-teman gue, orang yang rela mengalah, orang yang mendahulukan kebahagiannya demi kebahagian teman-teman gue. mereka berpesan pada gue untuk memikirkan diri gue sendiri, untuk tidak apa-apa menjadi egois sesekali, tidak apa mementingkan diri gue lebih dari gue memikirkan orang lain. dari semua itu, dapat gue simpulkan bahwa mereka belum benar-benar mengenal gue.
Gue tidak bisa menyalahkan mereka juga, karena mungkin juga ini salah gue yang bermain teka-teki dengan mereka sehingga membuat mereka kurang tepat ketika menebak pribadi gue. maka dari itu, gue menulis ini, walaupun gue tidak pernah meminta kalian membaca ini, paling tidak gue sudah membuka jalan untuk kalian lebih mengenal diri gue yang sebenarnya, tinggal kalian saja yang ditakdirkan untuk menemukan tulisan ini atau tidak. jika iya berarti kalian berhasil menemukan sisi sebenarnya dari diri gue namun jika tidak, tidak apa-apa karena kalian masih bisa melihat sisi gue yang lain, dalam kehidupan nyata. meskipun dengan anggapan-anggapan yang kurang tepat tentang diri gue, nantinya. tapi sekali lagi tidak apa-apa karena semua orang punya kaca mata yang berbeda dalam melihat sesuatu.
Gue adalah orang yang egois.
serius, gue bukan orang yang tidak mementingkan diri gue sendiri, gue bukan orang yang mendahulukan kepentingan orang lain dan mengalahkan kepentingan gue sendiri, gue bukan orang yang rela berkorban untuk sesuatu yang tidak patut untuk gue korbankan, dan gue bukan pribadi yang rela menyiksa diri gue sendiri hanya untuk melihat kebahagian orang lain.
Ketika gue mengalah akan sesuatu, ketika gue membuat orang-orang di sekitar gue bahagia bukan berarti gue sedang menelantarkan diri gue, gue melakukan itu semua ya karena diri gue sendiri. karena keegoisan diri gue. mungkin terbilang naif ketika gue berkata bahwa gue bahagia melihat orang lain bahagia, tapi itu benar-benar gue rasakan, untuk membuat diri gue tenang gue harus melihat orang lain tenang terlebih dahulu, untuk membuat gue bahagia gue harus melihat orang-orang di sekitar gue bahagia terlebih dahulu. namun apakah mengutamakan kebahagiaan orang lain berarti menyakiti diri gue sendiri? sorry, itu tindakan bodoh menurut gue, dan gue gak suka melakukan itu. gue mencintai diri gue, gue mencintai segala kekurangan dan kelebihan yang gue punya, dan gue gak akan membiarkan diri gue tersiksa oleh suatu hal yang emang gak ada faedahnya.
Melihat orang lain bahagia bukan berarti gue harus menyakiti diri gue sendiri, karena yang selama ini gue lakukan adalah mencari sesuatu yang bisa membahagiakan dia dan membahagiakan gue juga.
gue mengalah bukan karena gue ingin membahagiakan dia semata, gue mengalah karena gue lebih bahagia jika lingkungan gue tenang, gue gak peduli apakah dari mengalah itu gue akan dianggap sebagai pecundang. karena gue selalu percaya, apa yang ditakdirkan menjadi miliki gue akan menjadi milik gue, tanpa harus gue menjatuhkan orang lain, toh nantinya gue akan memiliki itu. gue mau berusaha bukan bersusah-susah.
Contohnya seperti ketika gue menyukai suatu hal namun tidak disukai oleh teman gue, sementara kita harus memutuskan seuatu yang harus kita lakukan dia bersikeras untuk melakukan hal yang dia sukai, padahal gue belum tentu menyukai hal tersebut, tapi yang gue lakukan bukan menyamakan oktaf suara gue untuk berargumen dengan dia, gue tidak bersikeras memaksa dia untuk menyukai apa yang gue sukai, yang gue lakukan adalah mencoba melakukan hal yang dia sukai tetapi tetap dengan cara yang gue sukai. maksudnya? ya maksudnya adalah gue mencoba melakukan hal yang dia sukai tapi bukan berarti hal itu akan membunuh pribadi gue. gue tetep gue. apapun yang gue lakukan. gue mengalah untuk melihat dia tenang terlebih dahulu, karena terasa memuakkan ketika gue melihat lingkungan gue tidak tenang, rengekkan-rengekkan spele karena kemauan yang tidak dituruti akan membuat gue pusing, dan akhirnya malah membuat gue tidak bahagia. Begitu cara gue memenangkan ego gue sendiri.
Dan bicara soal ego, gue percaya bahwa tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak mengharapkan apapun setelah berbuat sesuatu, dia hanya malu mengakuinya, atau malah dia tidak mau mengakuinya.
begini, misalnya ketika seorang guru yang digaji sangat minim selama belasan tahun mengaku bahwa ia tulus dan tidak mengharapkan apa-apa, dia rela melakukan itu, asal anak muridnya bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. katanya.
see? sebenarnya dia gak benar-benar tulus. meski bukan materi yang ia harapkan tetapi ia mengharapkan sesuatu yang lain, sesuatu yang gak semua orang lain bisa lihat. Apa itu? Kebahagiaan batin. karena dengan melihat murid-muridnya mendapat ilmu akan membuat batin seorang guru bahagia, akan ada kepuasan yang muncul dalam dirinya, bahkan tanpa disadari hal itu akan menciptakan aktualisasi diri bagi diri seorang guru. Dengan begitu ia akan menganggap bahwa dirinya benar-benar seorang yang bisa bermanfaat bagi lingkungannya. Dan lagi-lagi kebahagiaan akan menerobos ke dalam hatinya.
Sama dengan hal yang gue lakukan, dan untuk beberapa orang lainnya di luar sana yang dianggap tulus dan rela berkorban, kebahagian batin sangat penting, lebih dari apapun.
Percayalah, gue bukan orang yang tulus ketika melakukan sesuatu, gue melakukannya karena diri gue sendiri, karena keegoisan gue. gue tidak bahagia jika disekeliling gue ada yang terluka akibat tindakan gue, gue tidak bahagia jika keinginan gue malah membuat orang lain tersakiti. percayalah gue sangat egois. gue tidak mau batin gue terluka karena melihat orang lain terluka, gue tidak mau kalau hidup gue tidak bahagia. Meski caranya terlihat tidak biasa tetapi sekali lagi percayalah bahwa gue benar-benar manusia yang egois.
Karena bagi gue, mengalah bukan berarti kalah, karena dengan mengalah gue justru mendapat kemenangan yang sejati, kemenangan yang tidak mudah untuk didapatkan, kemenangan batin. yang akan melahirkan kebahagiaan dan ketenangan.
So? jangan takut untuk mengalah, mengalah bukan berarti lo kalah, mengalah bukan berarti lo menjadi pecundang dan tidak mau berusaha, mengalah bukan berarti membuat diri lo sendiri terluka, bukan, itu bukan mengalah. Itu bodoh. Mengalah adalah ketika lo tau bahwa tanpa menang pun diri lo masih tidak apa-apa. Mengalah berarti menyadari bahwa ada orang lain yang benar-benar harus diselamatkan, ada orang lain yang sangat membutuhkan kemenangan dari lo. Jadi, mengalahlah untuk sesuatu yang patut dimenangkan. Mengalahlah untuk kemenangan batin diri lo sendiri. Mengalahlah demi sesuatu yang sangat membahagiakan. karena yang menang belum tentu bahagia dan yang kalah belum tentu terluka.
Komentar
Posting Komentar