Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tujuan

Ada satu hal yang tertinggal dari perjalanan tahun ini meskipun kereta melaju dengan pesat. Pemberhentian selalu tanpa makna, tidak diberi ruang untuk saling menikmati kelana, sapa dan senyum menjadi hal asing di tengah dunia yang sedang bising. Semua ingin segera sampai. Tidak peduli ada apa dan siapa yang bersama dalam perjalanan. "Aku harus sampai." Saling sikut hal biasa jadi tidak perlu takut, katanya. Semua ingin dimengerti hingga lupa memaknai arti. Satu hal yang dilupakan dalam perjalanan tahun ini ialah tujuan. Semua melaju dengan cepat tanpa tau tujuan masing-masing, hanya mengekor pada perjalanan yang orang lain lakukan. Beranggapan bahwa apa yang orang lain sebut sebagai tujuan juga merupakan tujuan diri sendiri. Tanpa sebelumnya tahu ke mana jalannya. Tanpa sebelumnya tahu ke mana tujuannya. "Yang penting tidak sendiri ." Benar, sendiri memang menyakitkan namun berjalan beriringan tanpa tahu tujuan akan menghancurkan. Terkadang manusia memang perlu dile...

Dandelion

Aku percaya setiap hati tidak hanya diciptakan untuk sebuah nama. Kita bisa mencintai beberapa nama disaat bersamaan, tetapi memilih pada siapa kita membangun sebuah hubungan merupakan pertimbangan penuh keberanian. Mungkin itu jawaban dari mengapa kita pernah mencintai seseorang namun memutuskan untuk tidak membangun hubungan bersamanya.  Banyak alasannya, ya mungkin dia terlalu jauh untuk digapai, tembok yang ia miliki terlalu kokoh untuk diruntuhkan atau bisa saja karena jalan yang sudah jelas-jelas kamu dan dia lalui memang terlihat berbeda. Ya gapapa. Gak salah juga jika kita mencintai lebih dari satu nama. Tetapi menjadi salah jika kita memutuskan untuk memiliki keduanya. Mencintai dan membangun hubungan adalah dua hal yang berbeda. Jika seseorang berani mencintai tidak berarti ia berani membangun sebuah hubungan itu. Kan gak semua nama harus ada dalam cerita yang sama.  Nyantanya membangun sebuah hubungan tidak hanya membutuhkan perasaan, bukan? Jika kita berani memutus...

Tunggal

Dalam hidup ada saatnya kita berjalan sendirian, dan momen berjalan sendirian itu sudah gue (dan bahkan kita) lalui berkali-kali dalam hidup. Menjadi anak tunggal seringkali dicap sebagai anak manja yang selalu mengandalkan orang tua, anak yang selalu hidup dengan kalimat iya dari orang tua, mau minta ini-itu selalu diiyakan, kata mereka. Tapi interpretasi mereka nyatanya tidak selalu benar, dari kecil gue hidup dan dibesarkan bukan dengan pola asuh yes parenting, untuk menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi, mamah selalu bilang ke gue untuk mencari jalannya sendiri, iya dulu gue S-1 bener-bener kayak main lotre aja gitu, tapi ini modalnya cuma doa dan keinginan hahaha kalau lulus seleksi kampus dan beasiswa yaudah gue kuliah dan kalau nggak yaudah gue kerja dulu. Mamah selalu bilang untuk berjalan di kaki gue sendiri, untuk sadar bahwa dunia gak akan selalu ramah ke kita dan kalau bukan kita yang keras ke diri kita sendiri maka dunia dan seisinya yang akan ke keras ke kita. A...

Terakhir untukmu

Hai, rasanya ini sudah kesekian kalinya saya menulis tentangmu, saya berjanji ini yang terakhir. Apa kabar? Sebenarnya sudah tidak perlu dijawab, kamu tentu baik-baik saja, sudah bisa dilihat dari apa yang kamu tunjukan. Saya kira kamu sudah cukup dewasa untuk bisa menjelaskan situasi yang (pernah) terjadi di antara kita, saya pikir kamu sudah cukup mengerti tanpa harus diluruskan lagi bagaimana seharusnya perasaan kita berakhir, saya kira juga kita tidak perlu mengucapkan apapun karena kita bukan anak kecil lagi yang hanya bermain-main tanpa tujuan, saya pikir kamu datang -entah untuk kesekian kalinya- kali ini dengan maksud yang berbeda, tidak lagi untuk pergi. Saya pikir kita tidak sepenuhnya bercanda. Bukankah selama ini kita ada pada pikiran yang sama? Atau pikiran yang sama pun tidak selalu pada perasaan yang sama? dari awal situasi yang saya dan kamu maksud memang tidak pernah sama, bukan? Mungkin kamu hadir hanya untuk bermain-main. Tapi kesalahan saya adalah menyediakan te...

Lakuna

Selesai sudah apa yang memang seharusnya telah usai sejak lama. Sudah tidak ada lagi rasa bersalah karena mengekang satu sama lain, sudah tidak ada lagi rasa gemuruh di dada saat ada yang mengganggunya, sudah tidak ada lagi rasa bersalah, sudah tidak ada lagi rasa khawatir atas hari berat yang mungkin ia lalui, sudah tidak perlu ada lagi rindu di tengah tengah sendu, sudah tidak ada lagi hati yang harus dirawat selain hati milik sendiri, sudah dapat ditemui ruang kosong itu. Berulang kali mencoba untuk kembali, saling menggengam setelah badai menerpa, berharap masih tetap bersama kala itu. Nyatanya, apa yang sebenarnya harus berakhir, berakhirlah. Kita bukan mengupayakan agar tetap bersama, melainkan hanya menunda perpisahan. Kini kita memberanikan diri untuk mengakhiri  semua pelik yang tidak pernah berujung. Penyudahan ini dirasakan sebagai langkah awal dari bahagia. Jika menghapusnya dari ingatan masih dirasa berat, maka menghapus kontaknya dapat menjadi permulaan dari upaya mel...

Aksa

Malam ini, mataku terpaku pada sebuah foto di media sosial, refleks lengkung bibirku tertarik ke atas. Baru saja, aku menyaksikan gambar dari laki-laki yang dulu sempat menaruh separuh bahagianya padaku. Di gambar itu memperlihatkan keluarga bahagia, dalam gendongan laki-laki itu ada seorang bayi kecil yang sangat lucu. Tubuhnya masih dibalut dengan kain berwarna biru muda, matanya masih tertutup rapat namun kehadirannya sudah cukup membuat mata dua orang di sampingnya mengisyaratkan rasa bahagia yang sangat dalam. Hatiku mengucap syukur. "Benar kan, bukan aku, apa kubilang." Kembali teringat dua tahun lalu, saat di mana kamu memberanikan diri mengatakan apa yang selama itu mendiami dadamu. Meski sangat aneh rasanya mendengar kalimat itu harus keluar dari mulutmu namun semesta tetap mendukungmu untuk mengatakannya padaku. Meski jawabannya sudah kamu genggam. Aku akui keberanianmu sore itu. Sore tarakhir kita bertemu dan berbicara.  "Maaf, sudah membuatmu muak. Kali ini a...

Kita yang mengizinkan

Pernah dengar kalimat ini? "Tidak pernah ada satupun atau seorang pun yang akan tersakiti jika dia tidak mengizinkan dirinya merasakan itu"  Aku lupa pernah mendengar atau membaca ini di mana dan siapa yang menyatakannya, yang jelas satu kalimat itu terus singgah dalam pikiranku, padahal sebelumnya aku tidak terlalu mengerti maksudnya, yang selama ini aku pahami, orang orang akan merasakan sakit meskipun dia tidak mengizinkan rasa sakit itu untuk menghampirinya, namun kini aku mulai memahami maksud kalimat tersebut. Mungkin beberapa dari kita pernah atau sedang mencintai dan menyayangi orang lain melebihi diri kita sendiri? entah untuk hubungan apapun, bisa kekasih, sahabat, ataupun dengan si dia yang kita sendiri juga gak tau kejelasan hubungan yang kita miliki seperti apa. Saat kita mencintai dia, seluruh dunia kita bagaikan terpusat pada dia, kebahagiaannya menjadi tujuan utama segala upaya yang kita lakukan, berulang kali kesalahan yang dia lakukan juga sela...

Ngocehin Covid-19

Kali ini gue mau berbicara soal Covid-19 dan dampak yang ditimbulkan akibat pandemi ini. Setelah beberapa pekan belakangan ini gue mencoba untuk membaca beberapa portal berita mengenai Covid-19, menyaksikan kejadian yang ada di sekeliling gue, menonton beberapa tayangan di youtube soal  opini masyarakat, opini dan solusi pemerintah akan isu ini dan tanggapan serta himbauan dari para tenaga medis tentang Covid-19. Udah beberapa kali juga gue mendengar cerita langsung dari mamah. Iya, kebetulan mamah kerja di salah satu layanan medis, yang kadang dengan mendengar ceritanya aja udah membuat gue sakit kepala.  Tentunya gue gak akan bahas dari segi medis ataupun soal ekonomi, karena itu bukan ranah gue dan gue gak punya kapasitas tentang hal itu jadi gue gak mau asal ngoceh aja, salah salah yang ada gue malah membuat orang yang membaca ini malah tersesat. Ya kayak biasa aja gitu, gue mau ngomongin dari apa yang gue lihat dan apa yang gue dengar, dari apa yang pernah gue baca d...

Yaudah, gitu.

Gara-gara harus melakukan self distance untuk memutus rantai penyebaran COVID-19, udah hampir tiga minggu gue cuma ngeliatin tembok lagi tembok lagi mana beberapa hari ini internet di hp gue rusak (idih ngadu), jadi setiap mau internetan harus nunggu mamah pulang kerja dulu huhu kebayang gak, tuh, gimana bosennya gue? hiburan satu-satunya ya cuma nontonin the biggest game show in the world, thank you , ya, RCTI. Meski ada rasa gatel banget pengen keluar, main sama temen-temen, gangguin anaknya tetangga, ngeliatin ayamnya si Haidar yang rasanya pengen gue cekek berisik banget abisnya, ke toko buku sambil jalan-jalan sendirian, termasuk ketemu anak-anak di sekolah, tapi tetep harus di tahan, nggak apa-apa di rumah dulu aja karena apa yang sedang kita lakukan ini juga merupakan salah satu bentuk kontribusi dari kita untuk kita, meski kita gak bisa melakukan kontribusi layaknya tenaga medis dalam melawan virus ini tapi jika dilakukan dengan disiplin, semoga ini cukup membantu kita se...

Hazel, aren't you? #2

Sejak hari di mana seseorang yang tidak ku kenal menyapaku lewat sebuah aplikasi chatting, aku tidak pernah mendapati hariku tenang tanpa rasa penasaran. Siapa sebenarnya dia? Mengapa pesan terakhirku tidak mendapat balasan darinya. Aku buka kembali kolom chat yang sudah tertimbun dengan puluhan chat lainnya, sejak sebulan lalu aku tidak pernah lagi mendapati balasan pesan darinya. "Ngapain aku simpan kontaknya, kalau dia hanya iseng lalu pergi!" ucapku dengan kesal. Aku merampas ransel yang berada di sampingku lalu berjalan menuju kedai kopi yang selalu ramai dikunjungi. Jangan bayangkan kedai ini seperti kedai kopi yang banyak dikenal oleh masyarakat metropolitan, kedai ini bisa dibilang kecil, tidak memiliki cabang lain selain tempat ini, tidak memiliki akses internet gratis dan juga jangan berharap jika kita bisa mengisi daya ponsel kita di kedai ini, karena kedai ini tidak memiliki colokan yang bisa digunakan untuk pelanggan. Membosankan, bukan? tetapi hal yang me...

Mengenyam jeda

Gambar
https://www.google.com/ ` 2020! This year hasn't been so good at all to me thus far. Ehmm bingung juga sih sebenernya, dunno exactly how I feel. Sometimes I'm grateful for what happened but feeling bad at the same time. Ya namanya juga manusia ya, Selama rehab dua bulan-nan lebih gak membuka blog ini, udah banyak banget yang terjadi. Jujur, beberapa hal sempat membuat mengeluh berkali-kali, karena dirasa belum sanggup menaklukkan perasaan kecewa. Kadang bingung sendiri sama maunya diri, kadang hati maunya begini tapi otak terus meneriakkan keinginan yang lain. Eh, bukan meneriakkan keinginan yang lain tetapi meneriakkan realita yang lain. ehehe  Saking kalutnya kadang-kadang bikin capek sendiri, apalagi kalo lagi ngerasa kok semua datang serasa bertubi-tubi dan gak dikasih jeda untuk istirahat, masalah seperti sedang tersenyum dan membuka tangannya lebar-lebar untuk memeluk secara bergantian, atau kadang secara bersamaan. Beberapa dari teman ...