Aksa

Malam ini, mataku terpaku pada sebuah foto di media sosial, refleks lengkung bibirku tertarik ke atas. Baru saja, aku menyaksikan gambar dari laki-laki yang dulu sempat menaruh separuh bahagianya padaku. Di gambar itu memperlihatkan keluarga bahagia, dalam gendongan laki-laki itu ada seorang bayi kecil yang sangat lucu. Tubuhnya masih dibalut dengan kain berwarna biru muda, matanya masih tertutup rapat namun kehadirannya sudah cukup membuat mata dua orang di sampingnya mengisyaratkan rasa bahagia yang sangat dalam. Hatiku mengucap syukur.

"Benar kan, bukan aku, apa kubilang."

Kembali teringat dua tahun lalu, saat di mana kamu memberanikan diri mengatakan apa yang selama itu mendiami dadamu. Meski sangat aneh rasanya mendengar kalimat itu harus keluar dari mulutmu namun semesta tetap mendukungmu untuk mengatakannya padaku. Meski jawabannya sudah kamu genggam. Aku akui keberanianmu sore itu. Sore tarakhir kita bertemu dan berbicara. 

"Maaf, sudah membuatmu muak. Kali ini aku sudah bisa menerimanya." Ucapmu dengan setengah keyakinan. Aku tidak ingin bertaruh tentang kejujuran namun kuyakini ada kecewa dalam kalimat yang keluar dari bibirmu.

"Percaya, kak, bukan aku orangnya. Nanti kakak pasti akan menemukan orangnya." Aku lega, akhirnya kamu siap untuk melepaskan hal yang selama ini memberatkan pundakmu. Akhirnya kamu siap untuk menutup lembar yang berisi namaku. Akhirnya kamu siap untuk tidak lagi jatuh cinta sendirian.

Setidaknya kamu juga patut bahagia seperti halnya kamu mengupayakan bahagiaku.

Melihatmu sudah menemukan bahagiamu secepat itu aku ikut bahagia, rasa bersalahku kini melebur bersama udara malam ini. 

Sejenak berpikir, keputusanku untuk tidak membiarkanmu masuk lebih jauh ke dalam hidupku adalah keputusan yang tepat untuk kita. Kalau saja waktu itu aku ikut terbawa perasaan pada setiap usahamu, pada setiap bahagia yang kamu upayakan untukku. Kalau saja waktu itu aku memainkan lakon seolah olah aku juga jatuh cinta padamu, seolah-olah kita memiliki kesempatan untuk ada di suatu hubungan, tentunya kamu tidak akan bertemu dengan perempuan yang ada di sampingmu. Tidak juga aku mampu melanjutkan setiap mimpi mimpiku hingga saat ini. 


Sudah kubilang, bukan aku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk