Dandelion

Aku percaya setiap hati tidak hanya diciptakan untuk sebuah nama. Kita bisa mencintai beberapa nama disaat bersamaan, tetapi memilih pada siapa kita membangun sebuah hubungan merupakan pertimbangan penuh keberanian. Mungkin itu jawaban dari mengapa kita pernah mencintai seseorang namun memutuskan untuk tidak membangun hubungan bersamanya. 

Banyak alasannya, ya mungkin dia terlalu jauh untuk digapai, tembok yang ia miliki terlalu kokoh untuk diruntuhkan atau bisa saja karena jalan yang sudah jelas-jelas kamu dan dia lalui memang terlihat berbeda.

Ya gapapa.

Gak salah juga jika kita mencintai lebih dari satu nama. Tetapi menjadi salah jika kita memutuskan untuk memiliki keduanya. Mencintai dan membangun hubungan adalah dua hal yang berbeda. Jika seseorang berani mencintai tidak berarti ia berani membangun sebuah hubungan itu. Kan gak semua nama harus ada dalam cerita yang sama. 

Nyantanya membangun sebuah hubungan tidak hanya membutuhkan perasaan, bukan? Jika kita berani memutuskan untuk membangun sebuah hubungan artinya sudah terdapat pertimbangan (panjang) antara hati dan logika. Agnez Monica bilang kalau cinta itu tidak ada logika, ya bisa dibilang benar sih meski gak sepenuhnya benar, karena suatu waktu kita -entah sudah atau akan- dihadapkan pada situasi di mana ada manusia yang gak pernah masuk jadi checklist tipe kita, tapi kita bisa jatuh cinta sama dia, manusia yang gak pernah nyata tapi ternyata kita menjadikannya nyata dalam sebuah imaji kita sendiri, ya emang gak pernah ada yang bisa sepenuhnya memahami cara kerja cinta. Namun untuk menuju tahap selanjutnya dari proses mencintai (re: membangun sebuah hubungan) dibutuhkan logika. 

Apakah kita bisa berjalan beriringan?

Apakah kita bisa saling mendukung?

Apakah kita bisa saling bertumbuh?

dan.. apakah apakah lain yang memenuhi kepala hingga menghasilkan sebuah keputusan. Keputusan untuk berhenti sampai tahap mencintai saja atau melanjutkannya dan siap menerima risikonya. 

Mungkin itu salah satu jawaban yang kamu ingin tanyakan, jawaban dari segala hal yang bisa saja pernah membuatmu kebingungan. 


--

Begini, saya akan mengubah gaya bahasa saya kali ini karena tulisan kali ini memang ditujukan untuk seseorang yang (mungkin) masih beberapa kali singgah ke blog ini. Saya yakin jika kamu membaca ini kamu akan mengerti ini ditujukkan kepada siapa. 

Baru sejam yang lalu saya sedang meng-scroll chat di WhtasApp saya, lalu saya temui sebuah pesan ber-centang biru, jelas itu berarti pesan saya yang hanya dibaca. Saya penasaran, pesan apa itu karena saya belum pernah melihat poto profile itu sebelumnya. Kemudian saya buka kolom chat serta poto profile tersebut dan seketika saya tahu itu kamu, kamu memang tidak mencantumkan nama jelasmu, tapi saya cukup yakin dengan membaca alamatmu. Ya aneh padahal saya hanya tahu kotanya saja bukan lokasi detailnya juga. Meskipun kamu tidak menjawab pertanyaan saya di pesan itu. Ya jujur, saya benar-benar baru mengetahui kalau itu kamu. Se-random itu ya ngechat dengan satu huruf? seperti bukan kamu, ah atau memang saya saja yang tidak cukup mengenal kamu?

Sepertinya jawabannya memang yang kedua. 

Kalau saya tidak cukup mengenal kamu ya gapapa, saya cuma mau bilang..

Kalau kamu ngerasa bersalah sudah pergi dari hidup saya begitu saja tanpa mengatakan apapun kamu tidak perlu merasa seperti itu. Hiduplah dengan tenang. Karena sekarang saya memahami bahwa ada beberapa orang yang hanya singgah lalu pergi untuk memutuskan meneruskan perjalanannya. 

Ya mungkin kamu salah satunya. Ya gapapa.

Awalnya saya memang bingung, sangat bingung setelah menyadari kamu juga menghapus kontak saya. Saya sampai bertanya-tanya, salah saya apa? Apakah dengan menghapus kontak saya kamu bisa mengurangi ketakutanmu? Saya juga tidak pernah berniat untuk mengganggu hubungan siapapun setelah saya tahu bahwa kamu telah memutuskan untuk ada di sebuah komitmen dengan orang lain yang bukan saya. Sebenarnya saya sudah menduganya sejak awal bahwa cerita ini tidak pernah benar benar menemukan ujungnya.

Dan kalau kamu temukan orang lain di blog ini, kamu sudah tidak perlu kebingungan karena tanpa diminta saya sudah berusaha menjelaskannya kepadamu lewat tulisan ini. 

Kamu tetap menjadi seseorang yang paling mengerti saya, seseorang yang selalu menjadi salah satu alasan saya semangat menulis. Iya, belum pernah ada orang lain hingga detik ini. Meskipun seseorang yang hadirnya lebih nyata sekalipun, ia masih belum bisa mengisi ruang yang selama ini kamu tempati. Ruang yang selalu saya tanyakan pada diri saya, ini ruangannya sebenarnya ada atau hanya saya buat-buat, sih?

Mulai sekarang, bunga Dandelion adalah bunga yang sudah saya mantapkan menjadi lambang dari cerita kita. Kalau kamu mau tahu apa saja maknanya kamu bisa mencarinya sendiri. 

Ohya, kamu jadi membuat saya melanggar janji saya untuk tidak menulis lagi tentangmu.

Yasudah, selamat tinggal dan teruslah meneruskan perjalananmu. 

Karena Dandelion selalu punya cara untuk bertahan dalam kondisi apapun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk