Ternyata dia
Hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa, pernah denger kalimat tersebut? Gue membuktikannya langsung kemarin. Iya kemarin, tepat banget saat hujan turun begitu deras di kota Bekasi. Sebenernya ini salah satu cerita patah hati gue yang ragu untuk gue bagikan, tapi ada sesuatu yang rasanya ingin gue ceritakan disini. Cerita ini bukan cerita patah hati ala ala cinta-cintaan mao pacaran/nikah gitu, ngga ngga gitu haha. Beda rasa tapi satu makna.
Begini ceritanya;
Kemarin, gue menemukan sebuah tulisan dari seseorang yang membuat gue jatuh cinta. Inget, gue jatuh cinta dengan tulisannya, bukan orangnya. Buat sebagian orang kayak gue, bisa aja untuk jatuh cinta dengan tulisan seseorang tanpa terlebih dahulu bertemu dengan sang pemilik tulisan. Seperti halnya gue jatuh cinta dengan tulisan-tulisannya mas Andrea Hirata, gue tidak mengenal pribadinya tetapi gue jatuh cinta dengan tulisan-tulisannya. Bagi gue, melihat tulisan seseorang (yang tentunya ditulis dengan rasa) sama halnya seperti menemukan sosok pribadi orang itu. Tidak semua tulisan bisa menggambarkan pribadinya, kadangkala ada tulisan yang memang sudah dikenal bagus namun tidak membuat gue jatuh cinta dengan tulisan tersebut. Bukan karena tidak bagus bagi gue, melainkan karena tulisan tersebut tidak hidup, gue tidak menemukan sosok pribadi dalam tulisannya.
Ketika gue jatuh cinta dengan tulisan seseorang biasanya gue akan menggambarkan pribadinya dalam imajinasi gue. Gue pun membayangkan sosok pribadi dalam tulisan yang gue temukan kemarin. Memang banyak hal ganjil gue temukan, membuat rasa ketertarikan gue tiba-tiba muncul. Otak gue terus berpikir "Kenapa sih gak lo stalk aja gitu, akun sosmednya? Ngapain harus capek-capek ngobrak-abrik pikiran lo sendiri." tapi gue mencoba untuk meredam pikiran tersebut. Karena jujur, akhir-akhir ini, gue tidak menyukai mengestalk akun sosmed orang lain. Dulu mungkin gue melakukannya, tapi tidak untuk saat ini. Tidak tahu esok. hahaha!
Ada beberapa alasan gue memutuskan untuk berhenti men-stalk akun pribadi orang lain, alasan yang selama ini gue yakini;
- Capek, gue males banget gitu mantengin medsos orang sambil jempol gue ngetril buat ngescroll, mending kalo nemu, lah kalo nemunya hal-hal yang "sabodo teuing" kan males.
- Kadang apa yang ditampilkan di Medsos bukanlah pribadi aslinya dia. Hal yang wajar banget ketika orang lain membangun citra diri yang lain dari pribadi sebenarnya. Bukan karena dia mau jadi orang lain, melainkan bisa saja karena dia menghargai privasi dirinya sendiri. Dia sadar jika media sosial ialah dunia maya yang berisi berbagai macam hal abu-abu, yang membuat dia tidak perlu untuk menunjukan siapa diri dia yang sebenarnya, seperti di dunia nyata.
- Gue takut untuk menemukan sesuatu yang membuat gue ilfeel. Ini serius, gue pernah menuruti saran teman gue untuk men-stalk akun medsos seseorang dikarenakan rasa penasaran gue akan orang itu. Ralat. Rasa tertarik dan terkagum gue akan orang itu.
Dan kalian tahu apa? gue menemukan sebuah cuitan yang saat itu langsung membuat gue terhempas ala-ala mbak Syahrini. Iya, kayak sekejap aja rasa tertarik gue langsung ilang gitu aja. Maka dari kejadian tersebut gue memutuskan untuk gak mau ngestalk orang yang membuat gue tertarik.
Karena rasa penolakan gue untuk men-stalk akun medsosnya lalu gue memutuskan untuk berdoa. Wkwkwk ini serius loh, ya. Soal isi doanya rahasia hahaha. Pastinya gue nggak berdoa untuk jadi ini atau itunya, tidak seperti itu ya doanya, kata mamah tidak baik berdoa seperti itu. Karena kita tidak tahu siapa yang terbaik untuk kita, gitu sowbat. Pas gue berdoa, gladak gluduk petir rasanya sibuk bersaut-sautan, dalem hati gue "Het, ini napa pas gue berdoa gini, rame gini petirnya. Serem amat jadinya."
Berdoa selesai, kemudian gue bersiap untuk bobok siang, karena ujannya awet banget kan ena tuh gleweran di kasur ehehe.
Gue tidur kurang lebih satu jam.
Sejak bangun tidur sampai malam gue gak berhenti mikirin tulisan dia, ini beneran gue mikirin tulisannya yang menurut gue tuh bagus banget, tapi kayak ada sesuatu gitu yang membuat gue tertarik jauh ke dalamnya. Terutama soal pribadinya. Gue sendiri melihatnya sebagai sosok yang abu-abu. Dengan membawa sejuta rasa tertarik dan penuh harap, gue membaca lagi tulisan-tulisan dalam blog pribadinya. Gue baca ampe bener-bener gue pahamin, Gotcha! gue mengerti satu hal. Satu hal yang rasanya membuat dada gue sesak sekali. Tanpa berpikir panjang gue mengetikan namanya di sebuah aplikasi burung biru, scroll, scroll, scroll, akhirnya dapet. Gue patah hati. Kan bener kan, salah satu alasan gue untuk tidak mau men-stalk akun seseorang, ya seperti ini. ((Tapi akhirnya lo lakuin juga, Na.)) huhuhu.
Coba tebak, kenyataan apa yang telah gue temukan dan gue pahami?
Foto mesra dia sama seorang perempuan?
Tulisan mesra antara dia dan pacarnya?
Tulisan dia tentang gagal move-on dari mantannya?
Ternyata dia suami orang?
Bukan, bukan itu semua.
Satu hal yang membuat gue sesak bukan karena hal yang telah gue sebutkan diatas, bahkan jika gue menemukan hal seperti diatas rasanya tidak sepatah ini. Ya karena gue gak jatuh cinta dengan perasaan macam itu ke dia.
Kalian tahu apa?
Silahkan kalian berpikir sesuai imajinasi kalian.
Yang pasti, gue sedang mengalami perlawanan pikiran dengan hati. Pikiran yang membantah namun hati yang mencoba memahami, tidak mudah.
Dan satu sisi, gue menghembuskan nafas panjang lalu berpikir, dan berterimakasih.
"ya Allah, Tuhanku, secepat itukah engkau menjawab doaku? Terimakasih telah menunjukannya. Aku patah namun tidak timbul sedikitpun rasa benci, ilfeel, atau apapun rasa yang hitam dalam benakku, karena sama sekali bukan kapasitasku untuk menghakiminya. Tidak sama sekali terpikirkan aku untuk datang padanya dengan perasaan marah dan kecewa, ataupun datang dengan rasa mengasihani dia dengan berbagai drama, tidak. Justru aku semakin ingin mengenalnya, Tuhan. Aku ingin mengenal pribadinya yang menarik, kepiawaian dia dalam menyampaikan rasa dihatinya hingga rasa tersebut sampai ke hati yang lain, lewat kata. Sungguh, bolehkah aku mengenalnya, untuk ku jadikan teman?"
Inti yang mau gue sampaikan dari postingan kali ini sih gini, seringkali kita menemukan hal yang bahkan tidak kita inginkan, seperti halnya dia yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Lantas salah siapa? Salahkah kita yang memupuk harap? Atau salahkah dia dengan apa adanya dirinya? Tidak. Tidak ada yang salah.
Semua manusia itu selalu melahirkan harapan-harapan baru dalam benaknya ketika bertemu dengan orang baru. Yang salah ialah ketika kita marah karena dia ternyata tidak seperti harapan kita.
Terus keterkaitannya apa dengan doa?
Buat gue, berdoa adalah salah satu cara agar gue selalu diberi petunjuk atas orang-orang yang sengaja atau tidak telah memenuhi ruang harap gue. Begitu baiknya Allah mencegah gue dari rasa harap yang berlebihan.
Tapi kadang manusianya sendiri yang kurang bersyukur, giliran udah ditunjukkin orangnya gimana dia malah marah-marah dan gak terima, kan aneh.
Semua manusia itu selalu melahirkan harapan-harapan baru dalam benaknya ketika bertemu dengan orang baru. Yang salah ialah ketika kita marah karena dia ternyata tidak seperti harapan kita.
Terus keterkaitannya apa dengan doa?
Buat gue, berdoa adalah salah satu cara agar gue selalu diberi petunjuk atas orang-orang yang sengaja atau tidak telah memenuhi ruang harap gue. Begitu baiknya Allah mencegah gue dari rasa harap yang berlebihan.
Tapi kadang manusianya sendiri yang kurang bersyukur, giliran udah ditunjukkin orangnya gimana dia malah marah-marah dan gak terima, kan aneh.
Kalau kita menemukan rasa harap dalam diri jangan lupa untuk berdoa ya, minta tolong Allah biar dikasih unjuk siapa sih sebenernya dia. Bukan hanya ketika kita menyukai seseorang, pun ketika kita ingin bersahabat dengan orang itu. Agar Allah selalu melindungi lingkungan pergaulan kita.
Namun ketika sudah ditunjukkan siapa sebenarnya dia, jangan pernah menumbuhkan perasaan yang bukan kapasitasmu, jangan marah, jangan benci dia, jangan jauhi dia juga, karena kita sendiri pun tidak sebaik itu untuk membenci perilaku orang lain yang menurut kita tidak baik.
Namun ketika sudah ditunjukkan siapa sebenarnya dia, jangan pernah menumbuhkan perasaan yang bukan kapasitasmu, jangan marah, jangan benci dia, jangan jauhi dia juga, karena kita sendiri pun tidak sebaik itu untuk membenci perilaku orang lain yang menurut kita tidak baik.
Petunjuk yang Tuhan kasih harusnya menjadi rasa syukur atas doa kita, lalu menjadi kunci bagaimana sebaiknya kita memperlakukannya, bukan malah menyakitinya.
Meski petunjuk tersebut mengejutkan, namun harusnya kita bersyukur bahwa ternyata dia adalah seseorang yang istimewa, bukan? Sama seperti kamu yang dianggap istimewa dalam hidup seseorang :)
Meski petunjuk tersebut mengejutkan, namun harusnya kita bersyukur bahwa ternyata dia adalah seseorang yang istimewa, bukan? Sama seperti kamu yang dianggap istimewa dalam hidup seseorang :)
Komentar
Posting Komentar