Guru masa kini

Sebagian besar dari kalian pasti sudah mendengar berita tentang seorang guru yang tewas diduga karena dianiaya oleh siswanya, ketika membaca berita tersebut gue merasa sedih bercampur geram. Entah apa yang membuat setan dalam diri seseorang begitu menguasai dirinya hingga tega menyakiti orang lain. 
Ceritanya bermula ketika seorang siswa SMA berinisial MH mendapat teguran dari seorang guru seni rupa berinisal ABC dikarenakan MH membuat keributan saat di kelas, tidak terima oleh teguran yang diberikan oleh guru tersebut, mereka terlibat cek-cok hingga siswa tersebut memukul gurunya. Perkelahian mereka sempat dilerai oleh siswa dan guru-guru lainnya, Guru tersebut sempat dibawa ke ruang kepala sekolah dan karena kepala sekolah melihat tidak ada luka serius di tubuh korban kepala sekolah mempersilahkan guru tersebut untuk pulang lebih dahulu untuk beristirahat. 
Ketika di rumah guru tersebut mengeluh sakit pada lehernya. Lalu beberapa saat kemudian korban kesakitan dan tak sadarkan diri. Pada sekitar pukul 21.40 WIB korban mengembuskan nafas terakhir di RS dr. Soetomo (dikutip dari https://news.detik.com/berita/d-3845896/guru-sma-di-sampang-madura-tewas-diduga-karena-dianiaya-siswa)

Miris sekali membaca kisahnya, dulu ketika gue sekolah, pendidik gue (guru dan orang tua) selalu menekankan kami untuk menghargai orang lain (apalagi terhadap seorang guru), hal tersebut tertanam dalam benak kami hingga kami dewasa, anggapan bahwa seorang guru ialah orang tua kedua bagi kami sangat mempengaruhi sikap kami terhadap beliau, saking berusaha respect-nya kami kepada guru-guru kami seringkali kami merasa segan jika sudah mendapat teguran dari beliau, terlebih lagi ketika kami memang merasa bersalah. 

Namun saat ini berbeda, entah hal tersebut dikarenakan kemajuan zaman yang tidak diimbangi dengan kapasitas moral dan pengetahuan yang seimbang atau karena peran guru yang semakin bergeser. Menurut pandangan gue, adanya anggapan bahwa guru saat ini tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar dapat menimbulkan pandangan yang lain bagi sebagian orang yang belum memahami hakikat sebenarnya anggapan tersebut, masyarakat (terutama siswa) menganggap bahwa pada zaman sekarang mereka-lah yang dibutuhkan oleh guru, bukan lagi guru yang membutuhkannya, serta tidak adanyanya lagi hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa menganggap bahwa ia dapat belajar oleh siapapun dengan adanya teknologi yang maju saat ini, dalam pandangan mereka peran guru bergeser menjadi pelengkap pendidikan, bukan lagi sebagai seseorang yang dapat memberi tuntunan. Karena kurangnya rasa menghargai keberadaan guru timbulah sikap-sikap "nyeleneh" dari siswanya.

Padahal sebenarnya tidak seperti itu, kemajuan teknologi saat ini haruslah digunakan dengan bijak, sebagai sarana untuk "melengkapi" otak kita dengan pengetahuan-pengetahuan yang belum tersampaikan oleh guru, bukan malah menjadikan guru sebagai pelengkap pendidikan saja. Guru tetap memegang peranan penting bagi pendidikan. Kebayang kan kalo misalkan kita mendapatkan informasi dari berbagai sumber di internet yang isinya berbeda-beda, yang belum tentu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, pasti kita akan terombang-ambing dengan pengetahuan yang entah bersumber darimana, terombang-ambing tanpa pegangan. Maka dari itu agar kita tidak terombang-ambing kita butuh pegangan. Kita tetap butuh guru untuk menuntun dan mengingatkan kita. 

Tentunya tidak mudah menjadi seorang guru, guru juga harus sadar bahwa perilakunya akan selalu dijadikan contoh oleh siswanya. Jika memang ingin siswanya berkelakuan baik maka terlebih dahulu ia harus berkelakuan baik. Jika siswanya ingin menghargainya maka terlebih dulu ia menghargai siswanya. Bukan malah bersikap seenaknya karena merasa memiliki andil terhadap siswanya. Guru juga harus paham bahwa siswa yang dititipkan oleh orang tuanya untuk ia didik ketika di sekolah ialah seorang anak yang harus dipertanggungjawabkan, anak yang harus dididik dengan kasih sayang bukan malah diperlakukan semaunya karena orang tuanya tidak melihat.
Dalam beberapa kasus lain gue juga melihat adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya, gue sempat menonton sebuah video dimana seorang guru berkelakuan yang tidak sepantasnya. Ia memberi hukuman berupa tindakan kekerasan pada siswa (Ditendang, ditinju, ditampar, dll). Pola didik seperti itu bukan malah akan memperbaiki akhlak siswa, menurut gue pola didik seperti itu dapat mengakibatkan dampak piskologis yang buruk bagi siswa, siswa akan mengalami trauma, ia akan tumbuh menjadi seseorang yang takut berbuat kesalahan dalam hidupnya, ia akan tumbuh menjadi seseorang yang menganggap bahwa lebih baik "diam" daripada "salah". Sungguh menyedihkan jika seperti itu, padahal sebenarnya dari kesalahan-lah seseorang dapat belajar.

Gue juga seorang pendidik masa depan (Insya Allah) dan gue paham bahwa orang tua tidak pernah ingin melihat anaknya disakiti oleh orang lain namun satu sisi gue juga harus melihat bahwa terkadang sebagai manusia kita memiliki rasa "lelah" terhadap anak didik kita, namun hal itu bukan alasan untuk menghukum mereka dengan tindakan kekerasan. Di dunia ini ada ribuan cara menghukum dan menegur anak, dari ribuan cara tersebut mengapa kita hanya menggunakan satu cara yang justru akan menyakiti anak tersebut?

Selain itu orang tua juga memegang peran penting dalam hal ini, saat ini sebagian orang tua seringkali tutup mata pada apa yang dialami anak, menganggap bahwa anaknya selalu baik-baik saja memang bukan hal yang salah namun tidak dapat dibilang tepat juga, orang tua harus membuka mata dan peka terhadap perubahan apapun yang dialami anaknya, pun ketika anak tersebut berlaku salah maka jangan segan untuk mengingatkan pada anak bahwa hal yang ia lakukan tidak baik karena dapat berakibat buruk terhadap orang lain dan juga diri anak tersebut, jangan malah membela anak apapun yang anak lakukan. Didik anak untuk selalu menghargai orang lain jika ia sendiri mau dihargai oleh orang lain.

Gue bersyukur gue terlahir dari seorang mamah yang selalu mengingatkan gue kalo gue berbuat salah, ketika gue kecil gue pernah pulang ke rumah dengan keadaan menangis, mamah bukannya malah membela gue lalu menantang lawan gue untuk berargumen melainkan mamah mengingatkan gue bahwa gue tidak boleh melihat suatu masalah hanya dari sudut pandang gue saja, jadi gue harus mendengarkan mengapa orang lain berlaku seperti itu terhadap gue, mungkin aja gue yang lupa untuk menghargai orang tersebut sehingga ia marah dan berbuat seperti itu kepada gue. Setelah itu mamah selalu mengajarkan gue untuk meminta maaf atas kesalahan yang gue lakukan, bukan malah marah-marah pada orang lain yang menjadi lawan gue karena gengsi untuk meminta maaf. Mamah gak pernah membela gue ketika gue berbuat salah, pun mamah gak pernah menyalahkan gue ketika gue berbuat salah. Mamah selalu menjadi orang yang berada di tengah-tengah untuk membimbing gue. 
Gue mau mengajarkan anak gue dengan cara seperti itu dan bahkan berusaha lebih baik lagi. Agar kelak anak gue tidak tumbuh menjadi seorang pengecut yang menganggap bahwa masalah hanya terselesaikan dengan kekerasan ataupun sebuah tangisan. Dan bagi gue (dan bagi orang lain juga tentunya) seorang mamah/ibu adalah guru pertama untuk anaknya.

Memang bukan hal yang mudah ketika guru dan orang tua dituntut untuk bekerjasama, orang tua harus selalu memantau perkembangan anak di sekolah juga guru harus memantau bagaimana siswanya ketika di rumah. Terlebih lagi untuk guru masa kini. Keberadaannya mungkin saja sudah dianggap tidak penting bagi sebagian orang karena mbah gugel sudah dapat memberi pengetahuan, namun eksistensi seorang guru haruslah tetap dipertahankan. 

Guru masa kini ialah seorang guru yang dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada untuk mendekat kepada siswanya, untuk menjadi teman belajarnya, untuk saling bergandengan tangan dengan siswanya dalam mengadapi kemajuan informasi dan pengetahuan yang semakin berekembang pesat. Guru masa kini ialah guru yang keberadaannya dapat dihargai oleh siswa bukan malah guru yang keberadaannya dibutuhkan hanya jika quota internet sedang habis.
dan yang terpenting guru masa kini ialah guru yang dapat menghargai siswanya dan dihargai oleh siswanya. Harus, guru masa kini harus memiliki qualitas dalam dirinya.
Entah guru untuk anakmu kelak ataupun guru bagi siswamu di sekolah, jadilah guru yang mendidik dengan kasih sayang bukannya guru yang hanya menyampaikan pelajaran saja. 



#Selfreminder


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk