Perlombaan dalam hidup

Image result for image tentang perlombaan
Source image: https://www.google.co.id/

Beberapa hari ini gue bingung mau nulis apa, tumben banget gue sampe gonta ganti draft di blog, kayak banyak hal yang mau gue tulis tapi saat membahas suatu topik gue stuck di tengah-tengah. Setelah berpikir, gue mendiagnosa kebingungan gue terjadi karena tulisan gue gak berasal dari keresahan yang sebenernya gue rasain. Ceilah.
Akhirnya gue memutuskan untuk berpikir lagi (mikir mulu busetdah), sebenernya hal apa sih yang lagi benar-benar gue resahkan?

Dan ternyata, ada.
Di bulan ini beberapa temen gue ada yang udah selesai sidang proposal, ada yang udah nyebar undangan nikahan, ada yang udah berhasil wujudin mimpinya untuk menang dalam sebuah kompetisi, dan hal lainnya tentang mimpi, cita-cita serta keberhasilan dalam hidupnya. Terus beberapa hari ini gue jadi mikir, apa yang udah lu capai coba, Na?

Keinginan yang semester lalu gue udah rencanain sedemikian rupa di semester ini malah membuat gue bertanya-tanya.
"Serius bisa gak ya, gue?"
"Aduh gimana, kayaknya belom siap deh."
"Tapi temen-temen bisa, masa gue enggak."

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul membuat gue mempertanyakan lagi, sudah seberapa jauh sebenarnya gue mengenal apa keinginan hidup gue, yang sebenarnya.
Asli, dulu gue ini tipe yang lebih seneng membereskan suatu hal dengan cara runtut, satu persatu, bukannya sekaligus, sebenernya. Tapi semenjak gue SMA gue (terpaksa) mulai terbiasa mengerjakan segalanya dengan sekaligus, alasannya karena gue gak tahan sama tekanan dari sana sini, yang menuntut gue untuk  melakukannya dengan ritme yang lebih cepat, karena kalo nggak gue bisa ketinggalan.
Emang sih dari kecil udah mulai dapet tekanan ini itu, tapi gue mulai serius sama hal tanggungjawab ketika ada di SMA, membuat gak nyaman karena harus ngejar ini itu. Ngejar hal yang sebenernya sekarang bikin gue bertanya,

"Gue ini lagi lomba apa ya? lomba sama siapa sih gue?"

Kenapa pencapaian orang jadi target gue juga?
Kenapa hal-hal yang harusnya gak berpengaruh di hidup gue malah jadi memiliki pengaruh buat gue?

Harusnya gue bisa sadar kalo hidup bukan tentang perlombaan.
Bukan tentang siapa duluan lalu siapa yang terakhir.

Seperti halnya pertanyaan yang udah sering banget gue denger, pertanyaan yang seharusnya gak pernah ada di lingkungan kita, entah siapa pemicunya,

"Si A udah nikah, lo kapan nyusul?"
"Si B udah sidang, lo kapan?"
"Si C udah dapet kerjaan, masa lu belom juga, sih?" 
"Si D aja bisa bla bla bla masa lo nggak?"

Dan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan lainnya. 

Hidup di dunia bukan lomba untuk mencari siapa yang tercepat lulus, siapa yang tercepat menikah kemudian punya anak. Bukan juga tentang siapa yang lebih jago melakukan suatu hal. Sadar nggak sadar, kebiasaan kita yang terlihat sepele ini sangat berpengaruh pada orang lain. Bisa aja mereka yang lagi merasa down akan semakin down ketika mendengar pertanyaan yang kita lontarkan. Bisa aja pertanyaan yang kita berikan malah menjadi tekanan yang akhirnya membuat dia menyerah akan hidupnya, toh buat apa hidup kalau dia akan kalah. Begitu mungkin pikirannya.

Bisa juga tentang asmara, ketika tertarik akan seseorang yang kita anggap sulit dimiliki, kita menganggap bahwa orang lain yang juga menyukai target kita sebagai saingan kita dalam berlomba untuk mendapatkan 'dia'. Sehingga apapun yang kita lakukan keinginan kita hanya untuk menang, kita tidak peduli apakah yang kita lakukan benar dari hati atau tidak. Apa yang kita lakukan membuat dia nyaman atau malah membuat dia risih. Yang terpenting adalah menang. Ketika sudah begitu, ketika kita sudah bisa memenangkannya, rasa tertarik dalam diri kita pelahan akan hilang. Karena kita tidak benar-benar tertarik oleh orangnya melainkan sensasi untuk mengalahkan saingan kita. 

Ketika semua hal yang dilakukan tidak berasal dari hati maka tidak akan pula terpatri dalam hati.

Gue mau belajar biar lebih tenang dalam menjalani hidup, meskipun banyak tekanan yang terus ngikutin gue.
Gue mau belajar melihat hidup bukan sebagai ajang perlombaan. Tidak peduli orang di sekeliling gue sudah melakukan pencapaian apa saja, gue akan terus hidup dengan mimpi dan pencapaian milik gue sendiri. 
Gue mau belajar menjalankan segala sesuatunya tulus dari hati gue, bukan karena tekanan yang gue dapet.

Biar aja mereka mau mencapai garis finish duluan kek, mau mendapat penghargaan dunia kek. Selama mimpi itu bukan milik gue, gue akan mencoba untuk tidak terpengaruh.
Gue mau menjalankan hidup gue dengan ritme gue sendiri, bukan memakai ritme orang lain.

Seandainya hidup ini adalah sebuah perlombaan maka gue mau berlomba dengan diri gue sendiri, bukan dengan orang lain. Gue mau berlomba mengalahkan keterbatasan yang gue miliki. Karena gue tahu, manusia memang hidup dengan keterbatasan namun mimpi, cita-cita, serta karya yang dihasilkan tidak pernah memiliki batasan. Gue mau berlomba untuk mengalahkan pikiran negatif yang menghalangi gue untuk melakukan sesuatu, yang menghalangi gue untuk berbuat lebih.

Ayo kita belajar sama-sama untuk tidak melihat hidup orang lain sebagai sesuatu yang harus kita kalahkan. Dia berhak menang atas hidupnya sendiri, dan kita juga berhak menang atas hidup kita sendiri. 

Karena perlombaan dalam hidup yang sebenarnya ialah berlomba untuk mengalahkan ketidakmungkinan yang dimiliki oleh diri kita sendiri.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk