Kalau kita percaya Tuhan yang sama

Hi, selamat malam. Apa kabar? 
Sudah lama tidak bersua.
Ada hal yang sebenarnya ingin sekali aku sampaikan sejak dahulu.
Ingin bertukar obrolan bersama, menghabiskan sore dengan segelas coklat panas sebagai teman kita berdua. Atau kamu lebih suka kopi? tidak masalah, aku suka keduanya. Apapun itu, asal lawan bicaraku kamu aku tidak terganggu, tapi sayang sekali, aku tak pernah dipertemukan dengan kesempatan itu.

Jauh sebelum aku mengenalmu aku sudah percaya bahwa segala takdir Tuhan ialah yang terbaik untuk semua hambanya. Apa kamu percaya itu juga? 
Seperti halnya aku percaya bahwa bertemu denganmu adalah takdir yang telah Tuhan gariskan. Tapi untuk bersamamu aku tidak yakin.

Akhir-akhir ini aku terus mengulang pertanyaan yang sama. Bagaimana jika kita mempercayai Tuhan yang sama? Apakah jalan cerita kita akan tetap sama? Apakah kita tetap akan berpisah tanpa bersama? 

Lucu memang, untuk apa kita saling menaruh harap pada hal yang tak mungkin.
Aku tahu jika bersamamu artinya aku harus menggadaikan apa yang aku yakini, begitu pula denganmu, untuk bersamaku kamu harus menggadaikan apa yang kamu yakini. Kita tidak pernah percaya bahwa kebersamaan dapat dilalui dengan perbedaan keyakinan. Kita percaya bahwa jika bersama artinya ada keyakinan yang sama. Ada tujuan yang akan diarungi bersama. Ada tempat untuk bermuara bersama.

Kamu dan aku adalah orang yang sama-sama keras kepala.
Kita tidak akan pernah menggadaikan keyakinan kita dengan kebersamaan yang ingin kita miliki. Rasanya keyakinan kita terlalu mahal untuk kita gadaikan dengan perasaan ini, begitu bukan? Hingga kita memutuskan untuk tidak lagi bersama. Berjalan ke arah yang berbeda. Tetap memegang teguh keyakinan yang kita miliki. Tetap percaya pada Tuhan yang berbeda. 

Kita tidak ingin meneruskan suatu hal yang akan berujung pada kesia-siaan. 
Kita tidak ingin meneruskan suatu hal yang akan berujung pada kesakitan.
Kita tidak ingin meneruskan suatu hal yang tidak akan menemukan titik keberhasilan.

Dulu, sempat kita berpikir.
Jika kita berasal dari hamba Tuhan yang sama apakah bisa kita bersama?

Meski kita sama-sama tahu bahwa berpisah artinya memberikan kesempatan pada jarak untuk menguasai kita.
Pada sepi untuk menyelimuti kita.
Pada tangis untuk meredamkan sakit kita secara sementara.

Kisah kita belum sempat dimulai.
Kita yang terlalu takut untuk memulai.
Kita yang takut untuk semakin jatuh terlalu dalam.
Kita yang terlalu takut untuk berkata bahwa, kamu miliku dan aku milikmu.
Kita tidak pernah punya kesempatan itu.

Sebelum kesempatan itu datang, sudah terlebih dahulu perpisahan yang merenggut kata kita menjadi kata aku dan kamu.
Aku tidak pernah menyesal bertemu denganmu.
Rasa cintaku pada Tuhanku juga tidak pernah berkurang setelah aku mengenalmu.
Tidak ada rasa yang patut disalahkan.

Hanya kita yang memang tidak bisa bermuara di tempat yang sama.

Selamat tinggal, semoga kamu bisa menemukan dia yang dapat bersamu, bersama dalam mempercayai keyakinanmu, bersama dalam mempercayai Tuhan yang sama.

Aku tidak memiliki harap untuk bersamamu, kini aku sudah berdamai dengan apa yang Tuhan takdirkan. Kuyakini kamu pun begitu. 

Salam hangat, semoga bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk