Tentang mamah
Mungkin,
hanya mungkin, terkesan aneh ketika menulis ini dengan harapan bahwa mamah tidak akan mengetahui. Sederhana alasannya, takut jika kecanggungan yang nantinya akan timbul diantara kami. Tapi mau bagaimana lagi, saya tidak akan tenang jika tidak menulisnya, menulis adalah salah satu cara yang dapat membuat saya merasa bahwa bahagia tidak perlu suatu hal yang besar. Hanya dengan bercerita lewat kata yang tak bertuan seakan ada tempat yang siap mendengarkan tanpa harus menginterupsi ataupun menghakimi. Hal yang sulit manusia lakukan, tentunya termasuk juga saya.
Ah, sebelum terlalu melebar ke mana-mana sebaiknya saya kembali ke hal yang ingin saya bicarakan.
Beberapa hari yang lalu mamah bertemu kembali dengan hari kelahiran beliau.
Saya tidak tahu harus bahagia ataupun sedih. Kedua hal itu bercampur dalam diri saya.
Satu sisi saya mengucap syukur atas waktu yang telah Tuhan berikan kepada saya dan mamah. Waktu bersama kami, waktu yang tidak akan pernah dapat tergantikan oleh apapun, tentunya bukan hanya bagi saya saja, pun bagi semua anak di dunia. Namun satu sisi saya sedih ketika mengingat sudah sebesar ini namun rasanya belum ada hal yang dapat membanggakan dari diri saya untuk mamah.
Mamah adalah seorang single parent, tentu semua tahu bahwa merawat dan mendidik seorang anak bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi untuk seorang orang tua tunggal. Hal mengenai anak yang seharusnya dapat didiskusikan dengan pasangan menjadi tanggungjawab diri sendiri yang harus dipikulnya. Saya tahu selama menjadi anak mungkin sikap saya terkadang tidak menyenangkan. Bahkan bisa jadi saya membuat rasa lelah mamah bertambah.
Mamah adalah seseorang yang mendukung impian dan cita-cita saya yang tak jarang membuat orang lain bergidik ngeri, sampai tidak jarang saya mendengar kalimat demi kalimat, seperti;
"Impianmu itu butuh dana besar lho, uang dari mana?"
"Ndak usah muluk-muluk lah, nanti jatoh sakit."
"Ngapain sih, mending cepet-cepet kerja biar bisa cari uang ngeringanin beban orang tua."
"Jangan macem-macem ya, liat mamahmu sudah berjuang membesarkanmu,"
"Gak usah ikutin remaja-remaja sekarang, udah bahagiain mamah kamu aja ya."
Tapi saya beruntung, mamah membuat saya tidak menyerah akan mimpi saya, membuat saya yakin bahwa tidak pernah ada hal yang tidak mungkin selama saya mau berusaha dan melibatkan Tuhan dalam semua impian saya. Asal niat saya baik, begitu kata mamah.
Tetapi hal lainnya yang terkadang membuat saya kembali memikirkan semua impian dan kebahagiaan saya adalah tekanan dari orang di sekeliling saya. Maaf jika saya salah mengartikan, ini hanya apa yang selama ini saya rasakan dan ingin sekali saya keluarkan, tapi tidak tahu kepada siapa. Izinkan saya untuk menjadi egois dalam tulisan ini, hal yang sulit saya lakukan dalam kehidupan nyata saya, bukan karena saya tidak bisa menjadi egois, bukan, lebih karena saya tidak berhak egois, bagi mereka.
Orang lain, mereka tanpa sadar memaksa saya untuk melupakan perjuangan saya dan hanya mengingat perjuangan mamah, ingin rasanya saya berkata bahwa "hai, saya juga sedang berjuang, entah untuk apapun itu, untuk membahagiakan mamah sudah menjadi kewajiban bagi saya, hal yang sebenarnya tidak perlu untuk selalu kamu ingatkan dan berakhir membuat saya merasa tertekan. Mungkin bagi kalian perjuangan saya tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan mamah, saya tahu itu, karena mungkin memang begitu adanya. Tetapi dibanding berkata seolah saya tidak pernah berjuang akan hidup yang saya jalani lebih baik berkata, "semangat ya, mamah dan kamu berhak bahagia, kalian hebat bisa berjuang bersama, semoga kalian bisa mencapai apa yang kalian impikan." Terdengar lebih menenangkan, bukan?"
Saya juga selalu berjuang untuk membahagiakan mamah, saya juga sedang berupaya mengalahkan ego demi membuat mamah tidak terbebani, berupaya menjadi anak yang tidak neko-neko, tidak nakal seperti yang kalian bilang. Berupaya untuk tidak meminta hal yang akan membuat mamah kerepotan. Berupaya untuk menyembunyikan hal yang membuat saya sedih, karena saya tahu jika saya sedih akan membuat mamah lebih bersedih, saya tidak ingin hal itu terjadi, berupaya untuk mencari uang untuk membeli apa yang saya inginkan dengan upaya saya sendiri, tanpa membuat mamah kebingungan mencari dana tambahan untuk hal yang saya inginkan.
Saya ingat bahwa terkadang saya harus berlari disaat orang lain berjalan santai, disaat teman sebaya saya bisa santai menikmati cinta-cinta masa mudanya, tapi orang lain memaksa saya untuk tidak larut dalam hal itu. Saya tahu niat mereka baik, saya senang mendapat pengingat seperti itu, tapi terkadang hal itu seakan membuat saya merasa seperti mendengar kalimat, "oh Nana, apakah kamu pantas bahagia sementara belum membahagiakan mamah yang sudah berjuang keras untuk membesarkan mu sendirian?" Seakan saya harus melawan rasa dalam diri saya sendirian, rasa nyaman akan hadirnya seseorang harus saya tepis karena mengingat bahwa ada hal yang saat ini harus saya perjuangkan terlebih dahulu, melawan rasa tidak baik-baik saja yang terkadang menghampiri saya karena saya harus selalu baik-baik saja, mengingat rasa lelah dan sedih saya tidak ada apa-apanya dibanding mamah, begitu kata mereka.
Saya sadar dan tidak lupa semua itu, kok. Semua tanggungjawab yang terus menempel dalam diri saya, kewajiban untuk membahagiakan diri mamah terlebih dahulu bukan?
Saya akan, dan sedang berjuang.
Mamah tidak menyukai jika saya tumbuh menjadi lemah, saya beruntung mamah mengajarkan saya bahwa saya harus mandiri dan sebisa mungkin tidak menyulitkan orang lain. Soal kemandirian, mamah adalah guru terhebat untuk saya. Tidak perlu dijelaskan kekaguman saya pada beliau.
Namun satu sisi saya sadar bahwa saya jadi sulit untuk sekedar bercerita dengan orang lain, seperti halnya curhat dengan orang lain, untuk urusan yang benar-benar pribadi bagi saya. Tetapi akhir-akhir ini saya sedang belajar untuk berbagi apa yang saya rasakan (meski tidak untuk semua hal), yang terpenting saya sudah berupaya, bukan?
Saya tidak bilang bahwa mamah adalah malaikat tanpa sayap, tidak. Bagaimanapun mamah tetaplah manusia, memiliki kekurangan, bahkan pernah melukai pula. Mamah adalah manusia. Sehebat apapun tetap melakukan kesalahan seperti manusia lainnya. Saya tidak ingin bilang mamah sempurna karena tidak pernah ada manusia sempurna. Mamah tetaplah mamah, meski dengan ketidaksempurnaan sebagai manusia, meski terkadang dengan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, mamah tetaplah menjadi seseorang yang saya impikan, yang saya banggakan, yang saya butuhkan untuk melengkapi hidup saya, yang saya kagumi karena ketegaran dan kehebatannya dalam menjalani hidup. Mamah yang mendukung saya ketika saya merasa ingin mundur, percaya pada saya bahwa saya pasti bisa adalah keahlian mamah, menanamkan bahwa saya tidak boleh menyerah atas apapun.
Dan mamah adalah ketidaksempurnaan yang saya butuhkan untuk melengkapi segala kekurangan saya, melengkapi diri saya yang bahkan jauh sekali dari kata sempurna, melengkapi hidup saya, memberi semangat untuk saya.
Sehat-sehat ya mah, kebahagiaan mamah adalah sesuatu yang amat saya impikan dalam hidup ini. Terlepas dari semua ucapan orang lain, mamah adalah kehebatan yang nyata, terimakasih telah berjuang hingga detik ini mah, berjuang demi anak seperti saya sungguh membuat kepala pening ya, mah? tetapi terimakasih karena telah bertahan mah, sesulit apapun itu saya ingin berada disamping mamah terus, mamah tidak usah khawatir tentang bahagia saya, biar menjadi urusan saya nantinya. Cukup dengan melihat mamah bahagia, cukup untuk saya, mah. Segala hal tentang mamah adalah sumber semangat saya untuk tidak menyerah, sesulit apapun hal yang sedang saya hadapi.
you're a great mom in the world, for me. Thank you mom. I love you more than you know. Thank you for being the best friend.
Mamah adalah seorang single parent, tentu semua tahu bahwa merawat dan mendidik seorang anak bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi untuk seorang orang tua tunggal. Hal mengenai anak yang seharusnya dapat didiskusikan dengan pasangan menjadi tanggungjawab diri sendiri yang harus dipikulnya. Saya tahu selama menjadi anak mungkin sikap saya terkadang tidak menyenangkan. Bahkan bisa jadi saya membuat rasa lelah mamah bertambah.
Mamah adalah seseorang yang mendukung impian dan cita-cita saya yang tak jarang membuat orang lain bergidik ngeri, sampai tidak jarang saya mendengar kalimat demi kalimat, seperti;
"Impianmu itu butuh dana besar lho, uang dari mana?"
"Ndak usah muluk-muluk lah, nanti jatoh sakit."
"Ngapain sih, mending cepet-cepet kerja biar bisa cari uang ngeringanin beban orang tua."
"Jangan macem-macem ya, liat mamahmu sudah berjuang membesarkanmu,"
"Gak usah ikutin remaja-remaja sekarang, udah bahagiain mamah kamu aja ya."
Tapi saya beruntung, mamah membuat saya tidak menyerah akan mimpi saya, membuat saya yakin bahwa tidak pernah ada hal yang tidak mungkin selama saya mau berusaha dan melibatkan Tuhan dalam semua impian saya. Asal niat saya baik, begitu kata mamah.
Tetapi hal lainnya yang terkadang membuat saya kembali memikirkan semua impian dan kebahagiaan saya adalah tekanan dari orang di sekeliling saya. Maaf jika saya salah mengartikan, ini hanya apa yang selama ini saya rasakan dan ingin sekali saya keluarkan, tapi tidak tahu kepada siapa. Izinkan saya untuk menjadi egois dalam tulisan ini, hal yang sulit saya lakukan dalam kehidupan nyata saya, bukan karena saya tidak bisa menjadi egois, bukan, lebih karena saya tidak berhak egois, bagi mereka.
Orang lain, mereka tanpa sadar memaksa saya untuk melupakan perjuangan saya dan hanya mengingat perjuangan mamah, ingin rasanya saya berkata bahwa "hai, saya juga sedang berjuang, entah untuk apapun itu, untuk membahagiakan mamah sudah menjadi kewajiban bagi saya, hal yang sebenarnya tidak perlu untuk selalu kamu ingatkan dan berakhir membuat saya merasa tertekan. Mungkin bagi kalian perjuangan saya tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan mamah, saya tahu itu, karena mungkin memang begitu adanya. Tetapi dibanding berkata seolah saya tidak pernah berjuang akan hidup yang saya jalani lebih baik berkata, "semangat ya, mamah dan kamu berhak bahagia, kalian hebat bisa berjuang bersama, semoga kalian bisa mencapai apa yang kalian impikan." Terdengar lebih menenangkan, bukan?"
Saya juga selalu berjuang untuk membahagiakan mamah, saya juga sedang berupaya mengalahkan ego demi membuat mamah tidak terbebani, berupaya menjadi anak yang tidak neko-neko, tidak nakal seperti yang kalian bilang. Berupaya untuk tidak meminta hal yang akan membuat mamah kerepotan. Berupaya untuk menyembunyikan hal yang membuat saya sedih, karena saya tahu jika saya sedih akan membuat mamah lebih bersedih, saya tidak ingin hal itu terjadi, berupaya untuk mencari uang untuk membeli apa yang saya inginkan dengan upaya saya sendiri, tanpa membuat mamah kebingungan mencari dana tambahan untuk hal yang saya inginkan.
Saya ingat bahwa terkadang saya harus berlari disaat orang lain berjalan santai, disaat teman sebaya saya bisa santai menikmati cinta-cinta masa mudanya, tapi orang lain memaksa saya untuk tidak larut dalam hal itu. Saya tahu niat mereka baik, saya senang mendapat pengingat seperti itu, tapi terkadang hal itu seakan membuat saya merasa seperti mendengar kalimat, "oh Nana, apakah kamu pantas bahagia sementara belum membahagiakan mamah yang sudah berjuang keras untuk membesarkan mu sendirian?" Seakan saya harus melawan rasa dalam diri saya sendirian, rasa nyaman akan hadirnya seseorang harus saya tepis karena mengingat bahwa ada hal yang saat ini harus saya perjuangkan terlebih dahulu, melawan rasa tidak baik-baik saja yang terkadang menghampiri saya karena saya harus selalu baik-baik saja, mengingat rasa lelah dan sedih saya tidak ada apa-apanya dibanding mamah, begitu kata mereka.
Saya sadar dan tidak lupa semua itu, kok. Semua tanggungjawab yang terus menempel dalam diri saya, kewajiban untuk membahagiakan diri mamah terlebih dahulu bukan?
Saya akan, dan sedang berjuang.
Mamah tidak menyukai jika saya tumbuh menjadi lemah, saya beruntung mamah mengajarkan saya bahwa saya harus mandiri dan sebisa mungkin tidak menyulitkan orang lain. Soal kemandirian, mamah adalah guru terhebat untuk saya. Tidak perlu dijelaskan kekaguman saya pada beliau.
Namun satu sisi saya sadar bahwa saya jadi sulit untuk sekedar bercerita dengan orang lain, seperti halnya curhat dengan orang lain, untuk urusan yang benar-benar pribadi bagi saya. Tetapi akhir-akhir ini saya sedang belajar untuk berbagi apa yang saya rasakan (meski tidak untuk semua hal), yang terpenting saya sudah berupaya, bukan?
Saya tidak bilang bahwa mamah adalah malaikat tanpa sayap, tidak. Bagaimanapun mamah tetaplah manusia, memiliki kekurangan, bahkan pernah melukai pula. Mamah adalah manusia. Sehebat apapun tetap melakukan kesalahan seperti manusia lainnya. Saya tidak ingin bilang mamah sempurna karena tidak pernah ada manusia sempurna. Mamah tetaplah mamah, meski dengan ketidaksempurnaan sebagai manusia, meski terkadang dengan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, mamah tetaplah menjadi seseorang yang saya impikan, yang saya banggakan, yang saya butuhkan untuk melengkapi hidup saya, yang saya kagumi karena ketegaran dan kehebatannya dalam menjalani hidup. Mamah yang mendukung saya ketika saya merasa ingin mundur, percaya pada saya bahwa saya pasti bisa adalah keahlian mamah, menanamkan bahwa saya tidak boleh menyerah atas apapun.
Dan mamah adalah ketidaksempurnaan yang saya butuhkan untuk melengkapi segala kekurangan saya, melengkapi diri saya yang bahkan jauh sekali dari kata sempurna, melengkapi hidup saya, memberi semangat untuk saya.
Sehat-sehat ya mah, kebahagiaan mamah adalah sesuatu yang amat saya impikan dalam hidup ini. Terlepas dari semua ucapan orang lain, mamah adalah kehebatan yang nyata, terimakasih telah berjuang hingga detik ini mah, berjuang demi anak seperti saya sungguh membuat kepala pening ya, mah? tetapi terimakasih karena telah bertahan mah, sesulit apapun itu saya ingin berada disamping mamah terus, mamah tidak usah khawatir tentang bahagia saya, biar menjadi urusan saya nantinya. Cukup dengan melihat mamah bahagia, cukup untuk saya, mah. Segala hal tentang mamah adalah sumber semangat saya untuk tidak menyerah, sesulit apapun hal yang sedang saya hadapi.
you're a great mom in the world, for me. Thank you mom. I love you more than you know. Thank you for being the best friend.
Komentar
Posting Komentar