Waktu
source image: http://rumahtarbiyah.com/
Waktu berlalu begitu cepat atau kita yang berjalan begitu lambat?
Pagi, selamat hari Minggu!
Minggu pagi gue kali ini disambut dengan sebuah foto wedding dari seorang teman sekolah, dulu. Melihat fotonya yang bertengger manis di timeline, membuat gue bertanya-tanya, kenapa dia gak ngundang gue? Padahal gue ini temennya loh, rasanya saat melihat foto itu gue pengen nyanyi lagunya mbak Desi Ratnasari,
Tanpa undangan, diriku kau lupakan~
Halah, gak.
Gue bercanda, meskipun benar gue gak mendapatkan undangan apapun gue merasa tetap harus berprasangka baik akan dirinya. Ya gak adil aja gitu kalo tiba-tiba gue benci seseorang hanya karena gak merasa nerima undangan pernikahannya.
Setelah gue melihat foto dia berbalut busana pengantin, gue berpikir tentang alasan mengapa gue tidak menerima sebuah undangan untuk menghadiri weddingnya tersebut.
Gue berpikir bahwa gue sendiri yang menutup pintu untuk orang lain masuk ke dalam kehidupan gue yang sekarang. Gini maksudnya, Semenjak tahun lalu gue ganti nomor hp, gue gak pernah memberitahukan nomor hp gue kepada satu pun teman sekolah gue (kecuali diminta untuk suatu urusan yang penting), gue lupa bahkan bahwa komunikasi dengan teman lama kadangkala diperlukan. Sampai tiba waktunya ketika gue juga memutuskan untuk meng-uninstall salah satu aplikasi chat yang saat itu digunakan sebagai sarana komunikasi oleh teman-teman sekolah gue.
Dengan berasalan memory hp gue yang penuh gue memutuskan untuk tidak (sampai saat ini) menggunakan aplikasi chat itu lagi. Lagipula, saat itu gue berpikir bahwa tidak ada lagi hal yang menarik dalam aplikasi chat tersebut, ya kayak sepi aja gitu. Salah gue emang sih, ya gimana gue mau dihubungin kalo ganti nomor gak nginfoin, terus pake acara apus aplikasi yg di dalemnya ada grup sekolah lagi. HAHAHAHA.
So, sampai hari H ini gue gak tau sih gue dapet undangan atau gaknya.
EH TAPI
Bukan itu yang mau gue bahas juga sih hahaha
Yang mau gue bahas adalah berhubungan dengan waktu, iya waktu.
Kalian pernah gak sih ngerasa kalo kalian udah sampai ke waktu dimana kalian harus melihat satu persatu teman-teman memulai lembaran hidupnya yang baru dengan partnernya, atau melihat teman yang berhasil dengan pencapaian pencapaian karir ataupun pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dari sebelumnya, disitu kalian ngerasa,"eh kok, cepet banget tau-tau udah nikah aja." atau "eh kok, udah lahiran anak ke-3 aja," atau malah ucapan-ucapan kagum yang terlintas, seperti "wah hebat banget ya si A udah lulus S2 aja, perasaan waktu itu baru wisudaan S1, wah hebat sih." dan ucapan-ucapan lainnya yang kadangkala menggambarkan kebingungan yang kita rasakan, kebingungan akan waktu.
Kalo pernah ngerasain hal yang begitu, artinya kita lagi dalam tahap dimana kita mulai bertanya tanya tentang apa yang telah kita lakukan selama ini, lalu mulai membandingkan dengan pencapaian pencapaian orang-orang disekitar kita.
Dalam sehari, kita semua punya waktu yang sama, 24 jam.
Tapi kenapa ya, dalam 24 jam itu ada orang yang berhasil menyelesaikan masalahnya bahkan sampai menyelesaikan beberapa masalah orang disekitarnya, sementara kita? dalam 24 jam apa yang telah kita selelesaikan? apa yang telah kita perbuat untuk orang lain? atau bahkan apa yang telah kita perbuat untuk diri kita sendiri?
Gue percaya bahwa semua orang punya masanya/waktunya sendiri, waktu untuk dia mencapai suatu titik-titik tertentu dalam hidupnya. Tapi satu sisi gue percaya bahwa untuk mencapai suatu tahap/titik tertentu ada proses yang mesti kita lalui satu per satu, ada tahap yang harus kita jalani, bahkan kadang bukan suatu proses yang singkat. Lalu apakah mungkin jika kita tidak mencoba untuk melangkah kita akan mencapai suatu titik/pencapaian tersebut?
Gue pernah denger nyokap gue bilang gini,
"Dalam satu hari, ada orang berlari untuk mencapai impiannya, ada pula yang hanya berjalan, namun ada juga yang hanya merangkak untuk mencapai impiannya, tapi jangan lupakan juga tetap ada orang-orang yang hanya duduk diam berangan-angan berharap mimpi tersebut akan tercapai."
Lalu pernyataan tersebut membuat gue berpikir, termasuk orang yang seperti apakah gue?
Segala waktu yang gue butuhkan sangat berkaitan erat dengan pencapaian gue.
Jika gue memilih untuk berlari, mungkin saja gue akan cepat sampai pada waktu dimana gue mencapai impian gue, tapi satu sisi gue tidak mau melaju terlalu kencang, gue tidak mau ada seseorang yang nantinya akan melempar batu untuk mengingatkan gue agar tidak melaju terlalu cepat, sehingga gue lupa pada hal-hal yang ada di sekeliling gue, hal-hal yang harusnya mendapat perhatian gue, hal-hal yang harusnya memberi gue kesempatan untuk belajar hal baru, pengalaman baru.
Gue jadi inget, kemarin salah satu temen gue bertanya, mana yang lebih gue pilih antara "Lulus cepat tanpa punya pengalaman atau lulus lama dengan segudang pengalaman?"
Lalu pertanyaan tersebut membekas dalam pikiran gue, sebenarnya semua orang berhak untuk memilih jawabannya, tidak ada jawaban yang salah untuk itu.
Gue sendiri mencoba menjawab dengan porsi kebutuhan gue, gini, gue ini seorang penerima beasiswa, dimana target kuliah telah ditentukan, dimana gue harus melaju sesuai ketentuan yang berlaku, tapi gue juga bukan orang yang rela untuk meninggalkan keinginan gue untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman dalam dunia kampus. Gue menjawab dengan jawaban yang (mungkin) menurut sebagian orang ialah jawaban serakah. Gue memilih untuk lulus cepat (karena target beasiswa gue) dan memiliki pengalaman. Gue memilih untuk berjalan beriringan.
Menuruti apa yang gue inginkan dan juga gue butuhkan.
Jadi, jawaban atas pertanyaan teman gue menurut gue ialah tergantung dari pencapaian apa yang ingin kita raih, termasuk di dalamnya, kebutuhan apa yang diri kita butuhkan. Buat sebagaian orang, mereka tidak ingin lulus cepat karena merasa tidak ada target dari beasiswa, mereka lebih memilih untuk berlama-lama di kampus dengan segudang pengalaman. Atau ada juga orang yang memilih cepat-cepat lulus agar segera mendapat pengalaman di luar kampus? Ya it's okey, itu pilihannya.
Semua orang bebas menentukan "waktu" mereka. Masa mereka.
Seperti halnya di awal obrolan gue di blog ini.
Pernikahan.
Gue tidak terlalu suka bertanya tentang "waktu" pernikahan kepada orang lain, karena bagi gue mungkin saja saat ini hal tersebut bukan merupakan hal yang ingin ia capai, mungkin saja ada hal lain yang ingin terlebih dahulu ia capai/selesaikan.
Melihat teman gue sudah menikah bukan lantas membuat gue ingin cepat-cepat menikah pula, atau malah membuat gue menyinyir teman gue karena diusianya yang muda ia sudah memutuskan untuk menikah, tidak. Bahkan bukan hak gue sama sekali untuk mengomentari kehidupannya. Karena menurut gue juga usianya merupakan usia yang diperbolehkan untuk menikah, jadi tidak ada kesalahan sama sekali. Melihat teman gue menikah membuat ketertarikan gue muncul, ketertarikan untuk lebih memahami apa yang ingin gue capai terlebih dahulu, ketertarikan untuk gue memikirkan seberapa lama waktu yang gue butuhkan untuk sampai ke tahap itu. Dan hal-hal lainnya.
Saat ini gue masih terus mempelajari tentang kecepatan seperti apa yang akan gue pilih dalam mencapai titik-titik tertentu dalam hidup gue. Apakah setelah gue menjadi sarjana gue akan melanjutkan keinginan gue untuk S2 atau malah ada hal lain nantinya yang membuat gue menambahkah durasi waktu untuk mencapai mimpi gue tersebut?
Gue gak pernah tau. Begitu juga kalian.
Mungkin saat ini waktunya untuk teman gue memulai lembaran baru dengan keluarga kecilnya, tapi untuk gue saat ini ialah tahap dimana gue harus menyelasaikan pendidikan gue terlebih dahulu, dan diluar sana ada orang-orang yang saat ini merupakan waktunya untuk mencapai karir impiannya. Semua berjalan dalam kadar waktunya masing-masing, menarik sekali.
Gue percaya bahwa bukan waktu yang berlalu begitu cepat, bukan juga gue yang berjalan begitu lambat. Gue percaya bahwa waktu berjalan dengan durasi yang telah ditentukan, dan gue berjalan dengan kadar yang telah diri gue tentukan sendiri, dengan restu Tuhan pastinya. Gue yang memilih melaju kencang ataupun tidak.
Yang pasti gue tidak ingin untuk menyelipkan pikiran kotor dalam setiap kesuksesan yang orang lain ciptakan. Karena gue percaya waktu yang kita miliki sama, hanya saja energi yang kita keluarkan berbeda, tergantung kebutuhan/keinginan apa yang ingin kita capai.
Jangan sampai gue menjadi orang yang membuang-buang waktu yang gue pinjam dari masa depan hanya untuk memikirkan masa lalu yang tidak bisa gue ubah. Jangan sampai gue menjadi orang yang hanya duduk diam menikmati waktu dan berharap impian gue akan tercapai begitu saja, tanpa usaha apapun di masa kini. Waktu tidak sebercanda itu. Ia akan terus melaju tidak peduli apa yang telah kita lakukan, baik ataupun buruk yang telah kita lakukan, waktu tidak akan pernah berhenti. Waktu akan terus mencatat detik demi detikmu sebagai sejarah hidupmu.
|
Komentar
Posting Komentar