Body shaming? it's funny jokes?
Souce image: https://www.google.co.id/ |
Beberapa hari yang lalu ada seorang teman yang bertanya pada gue tentang suntik vitamin C. Karena llmu gue tentang hal tersebut sangat terbatas maka gue jawab seadanya, menurut apa yang gue pernah baca dan pernah denger dari temen gue lainnya. Lalu dia bertanya pada gue "Bisa buat mutihin kan ya, Na?" Gue mulai mikir 'kenapa nih anak ya nanya gini.' Gue liat lagi dia, tau kalo gue merasa keanehan sama pertanyaan yang dia lontarkan maka dengan inisiatifnya dia menjelaskan pada gue alasan dibalik pertanyaannya.
"Aku capek aja, setiap ketemu sama orang dia pasti bilang aku item banget. Gendut juga." katanya dengan mimik wajah kesal bercampur sedih.
Gue liat dia menghembuskan nafas panjang, artinya dia belum selesai dengan keluhannya, maka gue urungkan diri untuk menjawab, gue memutuskan untuk diam hingga dia selesai berbicara.
"Kamu tebak coba apa kalimat pertama yang mantan aku ucapin pas kita udah lama nggak ketemu?" Gue menggeleng, bukannya gak mau berusaha menebak tapi gue tahu itu bukan pertanyaan yang harus gue jawab.
"Dia bilang, lah kamu iteman ya, mana badan kamu sekarang berisi banget. Gendutan anjay." Kali ini gue yang menghembuskan nafas panjang karena sadar kalau dia terlihat sangat sedih atas ucapan mantan pacarnya.
"Aku jadi benci aja sama diri sendiri Na, rasanya kalo liat orang yang lebih cantik kayak gak percaya diri aja, kayak ngerasa aku apaan sih gak pantes begini, gak pantes begitu." Kaget dong gue, karena sebelumnya obrolan-obrolan kita gak membahas tentang hal-hal kayak gini, obrolan kita--seringnya-- membahas tentang hal-hal yang membuat kita bahagia, dia dengan dunia broadcastingnya dan gue dengan dunia difabel yang gue jalani. Gak pernah sedikit pun gue denger dia mengeluhkan dirinya sendiri, terlebih lagi karena hal-hal seperti ini. Entahlah, apa karena akhir-akhir ini gue juga jarang hang out dengan dia, jadi gue gak bisa tahu apa yang temen gue sedang hadapi. Karena dia bukan tipe orang yang senang bercerita di chat ataupun telepon.
"Kamu capek karena mereka bilang kamu iteman dan gendutan?" tanya gue setelah diam untuk beberapa saat.
Dia mengangguk, "Sebenernya lebih ke ucapan mereka tentang fisik aku, mereka tega aja gitu ngomongnya, mereka sadar gak sih kalo aku juga bisa sakit hati sama apa yang mereka ucapin. Mereka kan gak tahu masalah apa yang lagi aku hadapin, seberapa capeknya aku, mereka gak tau." Kali ini dia nangis dengan wajah yang ditutup dengan telapak tangannya.
"Kamu udah coba tegur mereka dan bilang kalo kamu gak suka digituin?" tanya gue.
"Udah, apaan mereka malah makin jadiin aku becandaan! Kamu tau nggak? waktu itu aku pernah diketawain mereka gara-gara aku foto sama sepupu aku si ***** kamu tau kan dia itu putih banget cantik gitu, aku posting fotonya, terus mereka bilang katanya aku kayak kopi susu sama dia. Mereka ngirim poto aku di grup Na. Pas aku tegur mereka malah bilang aku baperan kayak anak kecil, aku malu, Na. Kesel. Mereka jahat banget rasanya. Aku juga gak mau kayak gini, aku gamau Jelek." dia bercerita dengan rasa menggebu-gebu, tangannya sibuk ngehapus air mata yang bahkan gak juga berhenti, gue lihat ada yang selama ini dia pendam, dia yang selama ini capek sama omongan orang akan dirinya, omongan yang bahkan parahnya dilontarkan dengan terang-terangan.
Sedih rasanya melihat dia yang biasanya bersemangat berubah menjadi seseorang yang tidak lagi mencintai dirinya. Seseorang yang lupa bahwa dirinya sangat berharga, salah satunya untuk gue. Dia adalah teman gue yang berharga, dan sedihnya, dia lupa kalau dia dianggap berharga untuk orang lain. Bagi gue, dia bukan lagi perempuan yang dipertimbangkan karena cantik atau jelek. Bagi gue, dia adalah seseorang yang patut dipertimbangkan karena dirinya, karena segala kelebihan dan kelemahan yang dia miliki, segalanya tentang dia membuat gue bersyukur menjadi teman dia.
Gue tahu akhir-akhir ini dia sedang tidak baik-baik saja dengan kondisi keuangannya, dengan kondisi tersebut menuntut dia untuk mencari kerja sampingan agar bisa menunjang kebutuhan dia, dari hal tersebut gue bisa menyimpulkan bahwa dia menyampingkan hal-hal tentang fisiknya, namun kali ini berbeda, dia yang akhir-akhir ini terlihat sangat cuek berubah menjadi sangat khawatir, dia yang biasanya bilang 'sekarang mah mendingan duit aku buat makan dah Na daripada aku nyalon lagi kayak dulu' berubah menjadi orang yang rela bertanya-tanya tentang cara apa yang bisa membuat dia terlihat putih. Seberpengaruh itu ucapan orang lain terhadap dirinya.
Apa yang teman gue alamin ini ialah sebuah contoh dari body shaming. Body shaming, apasih itu? nah buat teman-teman yang masih asing dengan kata tersebut gue akan cantumkan beberapa definisinya agar teman teman memahami apa itu body shaming.
Dalam https://www.perdeby.co.za/sections/features/5774-body-shaming-and-its-effect-on-society menyebutkan bahwa, Body shaming is defined as being inappropriate, negative statements and attitudes toward another person's weight or size. It is a form of bullying and, as well as being humiliating, it can lead to short and long term psychological and health related issues. Body shaming occurs in three main ways, criticising yourself, criticising someone else in front of them, and criticising someone else behind their back.
Atau pengertian lainnya dalam bahasa Indonesia dapat teman-teman baca di https://www.sobatask.net/2017/01/apa-itu-body-shaming/.
Dalam definisi tersebut menyebutkan bahwa body shaming itu merupakan bentuk dari bullying, dan dapat berdampak pada psikologis seseorang. Seperti halnya yang dialami teman gue, akibat perkataan dari orang-orang tentang dirinya yang mungkin menurut sebagian orang ialah ucapan yang 'biasa aja' namun dapat berdampak lain pada dirinya, pada orang-orang yang menjadi korban, yang merasakan sendiri. Gue tahu sekali bahwa bercandaan yang melibatkan fisik sudah menjadi hal yang melekat dalam kebiasaan kita, kita cenderung menganggap bahwa semua orang memiliki pikiran yang sama tentang sebuah lelucon, semua orang akan menerima jika dirinya dijadikan lelucon, bahkan dengan orang yang tidak ia kenal dekat. Tanpa kita mau tahu tentang apa yang terjadi pada orang tersebut, tanpa kita tahu perjuangan apa yang sedang dia lalui, tanpa kita mau tahu juga seberapa sedih dan sakit hatinya dia jika dijadikan lelucon karena fisiknya.
Haruskah kita hidup di zaman seperti ini? dimana teguran dianggap lebay, dimana mengingatkan bahwa perbuatan tersebut kurang tepat malah dianggap baper atau terlalu sensitif, haruskah kita hidup di zaman lelucon berasal dari kelemahan yang orang lain miliki? haruskah kita hidup di zaman dimana kalo gak ngatain fisik itu gak gaul, haruskah?
Haruskah kita hidup dimana mengkritik perilaku orang lain dianggap baper seperti halnya anak kecil? Lalu jika seperti itu, bukankah seharusnya sebagai orang dewasa menerima kritikan yang orang lain berikan? jadi siapa yang sebenarnya seperti anak kecil? orang yang mengkritik dan mengingatkan bahwa perilaku yang dia (si pelaku) lakukan menyakiti orang lain atau orang yang malah mengatakan orang lain baper jika dikritik?
Ohya, jika ada teman-teman yang berkata bahwa meledek foto seseorang tidak melanggar etika karena orang tersebut yang mempostingnya ialah sebuah anggapan yang kurang tepat. Meski tidak sepenuhnya salah. Ketika orang lain memposting sebuah foto di media sosialnya bukan berarti ia meminta untuk fotonya dijadikan ejekan. Jangan biasakan ucapan seperti "Ya udah konsekuensinya lah kan dia yang posting" atau ucapan "Konsekuensi lah jadi artis, gak punya privasi, konsekuensi fisiknya dikomentarin orang." jangan sampai kata-kata tidak bertanggungjawab menempel dalam diri kita, jangan. Cobalah kita berpikir bahwa etika bermedia sosial harus selalu ditanamkan, etika dalam menghargai orang lain, ataupun etika dalam hal menghormati privasi orang lain. Jangan mencoba untuk mendobrak dan melewati batas privasi tersebut.
Tujuan gue menulis ini hanya ingin menyampaikan beberapa keresahan yang gue alami dan juga teman gue alami, keresahan yang sebenarnya harus pelan-pelan dikurangi, dihentikan jika bisa. Body shaming itu bukan lelucon yang lucu, body shaming itu hal yang akan berdampak bahaya bagi psikologis seseorang pun diri kita sendiri. Gue tahu sangat sulit mungkin menghilangkan kebiasaan body shaming yang sering kita lakukan, karena memang hakikatnya manusia terbiasa menilai sesuatu dari sampulnya, menganggap bahwa sampul yang tidak terlihat bagus bagi matanya sudah pasti isinya pun tidak jauh berbeda, padahal nyatanya tidak begitu.
Ayo sama-sama kita belajar untuk menghargai orang lain karena dirinya, bukan karena fisik seperti apa yang ia miliki. Cantik atau tidak, mancung atau tidak, coklat atau putih kulit yang ia miliki bukanlah sesuatu yang akan mempengaruhi isi otaknya, bukanlah sesuatu yang akan mempengaruhi kualitas dirinya, juga hatinya. Gue juga bukan orang baik yang tidak pernah melakukan body shaming, tidak. Gue pernah melakukannya, gue pernah begitu kekanak-kanakan, meski saat ini gue pun belum dewasa.
Gue pernah melakukannya, dan merasa bahwa tidak ada manfaat yang bisa gue dapat dari perilaku tersebut, iya benar, tidak ada manfaatnya. Menyakiti perasaan orang lain memang tidak pernah ada manfaatnya menurut gue. Masih banyak ribuan lelucon yang ada di dunia ini, dari ribuan lelucon yang bisa kita gunakan mengapa harus menggunakan lelucon yang merendahkan hasil penciptaan Tuhan?
Ada satu kalimat yang gue suka, gue baca dari google, tetapi gue gak tahu sumbernya. Jika ada yang tahu bisa beritahu gue, gini kalimatnya,
"I'm not you, yo're not me, i'm not her, and she's not you. Embrace your own beautiful."
Source image: https://www.google.co.id/ |
Ngomong-ngomong, makasih ya buat temen gue yang udah percaya menceritakan ini dan itunya ke gue, makasih juga udah meminta gue untuk menulis apa yang dia rasakan dari sudut pandang gue. Lewat dia gue juga jadi mikir lagi, ngaca lagi, kira-kira apa becandaan gue keterlaluan atau tidak, gue juga jadi mikir bahwa penting sekali menghargai diri sendiri dan orang lain, bukankah mencintai orang lain seharusnya dimulai dengan mencintai diri sendiri, terlebih dahulu? misalnya dengan tidak melakukan body shaming dan mulai menghargai apa yang sudah Tuhan berikan.
Bersyukur adalah kenikmatan yang paling hakiki. Ceileh.
Kalo kamu baca, ini buat kamu.
Semoga apa yang saya dan kamu resahkan bisa tersampaikan, ya. Semoga kamu juga sadar bahwa kamu itu luar biasa hebat, luar biasa berharga untuk orang-orang disekitar kamu. Jangan terkalahkan dengan omongan orang lain yang belum tentu mengenal kamu, ya? karena yang bisa mengenal kamu ya diri kamu sendiri! Jangan marah lagi ya, kalo orang lain menjelekkan fisik kamu, sebenarnya dia tidak sedang menjelekkan kamu, melainkan sedang menjelekkan siapa pencipta kamu, kamu ingatkan kalau kamu adalah maha karya Tuhan? Biarlah dia berhadapan langsung dengan Tuhan atas apa yang dilakukannya. Kamu tidak perlu membuang energimu untuk marah, jika mengingatkannya sudah kamu lakukan. Simpan energi dan senyumanmu yang cantik untuk orang-orang yang dapat menghargaimu, ya! Aku selalu bersyukur kamu ada, kamu yang bisa ngingetin aku kalo aku mulai lupa akan suatu hal, sebegitu berharganya kamu! Semangat!
Komentar
Posting Komentar