Pembentuk generasi jaman now

Tadi sore gue lagi nyapu teras depan rumah sambil mendengar anak-anak ngegosipin soal youtube (mereka ngobrolnya di depan rumah gue jadi gue bisa denger).  Gue masih inget jelas macem-macem model tuh anak (Karena mereka emang sering main di depan rumah gue, tapi baru itu gue tau situasi lingkungan bermain yang kayak apa sih sebenernya mereka), jumlah mereka sekitar lima orang, ada yang rambutnya diiket pake karet warna-warni, ada yang rambutnya dipakein bando segede gaban (gak bohong, bando sama palanya gedean bando), ada  yang dikepang satu, ada yang di kuncir satu dan ada juga yang rambutnya dibiarin gitu aja soalnya dia laki-laki bahaya kalo ikutan pake bando atau dikuncir unyu-unyu.

Lagi asik-asik nyapu tiba-tiba ada hal menggemaskan yang bikin gue kaget. Obrolan mereka yang tadinya bermula dari film-film disney berlanjut ke obrolan yang terdengar tidak pantas untuk seumuran mereka yang masih pada SD.

Begini percakapannya,

"Lu udah nonton belom vlog yang kata dia dicium di kolam renang, itu kan cowoknya romantis." 
"Ahh udah itu mah gua! yang kata dia ngechat mantannya terus diajakin balikan lo udah belom?" 
"Belom gua"
"Ah cupu lo"

Gue gak tahu siapa tepatnya yang memulai obrolan itu karena emang posisi gue lagi membelakangi mereka. Karena gue penasaran, gue iseng dan berniat untuk SKSD dengan mereka. "Kalian nonton vlognya siapa?" tanya gue sok kenal, mereka yang keliatan kaget saling melemparkan cengiran (bukan lempar koin ya, kalo lempar koin gue nyelem nanti. OK SIAP NA). Merasa gak dapet jawaban, akhirnya gue nyengir juga dan bilang kalo gue cuma mau tahu aja, ya emang ya disetiap sebuah geng ada aja yang bibirnya enteng kayak kresek jadi gaperlu memaksa akhirnya dia cerita deh tuh panjang lebar tentang vlog yang lagi mereka omongin. Gampang banget kan ngulik informasi sama bocah itu hahaha.

Ternyata mereka lagi ngobrolin salah satu vlogger Indonesia, gue bertanya sama mereka, "Kalian emang tahu darimana vlog itu?" gue menebak-nebak mereka tahu ketika mereka sedang bermain dari warnet tapi ternyata tebakan gue salah. "Dari kakak aku" kata anak yang rambutnya dikepang satu. 
"Kalo aku dari kakaknya dia. Tapi dia yang ngasih tau aku." kata anak laki-laki tersebut. Et, pengen gue slepet rasanya, ngapasih nih bocah, bilang aja kek dari si cewek berambut kepang itu. Sabar Na sabar. Demi menggali informasi sebanyak-banyaknya lo gaboleh kesel. 

"Kok kakak? emang kakak kamu nonton?" tanya gue penasaran. 
"Iya, kan aku ikutan nonton pas kakak aku nonton itu." jawab anak berkepang. Yassalam. 
"Emang kakak kamu sekarang kelas berapa?" 
"Kakak dia mah udah kuliah, kak." jawab anak yang rambutnya rame sama kunciran warna-warni. 
Gue emang sempet kaget sih dengernya, kok bisa gitu kakaknya malah selaw yang jadi pelopor adiknya nonton video-video macam tuh.

Gue jadi sempet mikir, apa jangan-jangan julukan generasi jaman now penyebabnya adalah kita, penyebabnya adalah kakak-kakak yang berada digenerasi atasnya. Gue jadi ngoreksi diri gue sendiri apa yang gue lakuin selama ini sebenernya pantes gak sih buat ditiru sama generasi yang ada di bawah gue, apa jangan-jangan perilaku gue lah yang malah membentuk generasi jaman now? Masih banyak banget yang bilang kalo misalkan urusan orang tua mereka kalo sampe anak-anaknya salah pergaulan, enteng banget ya bilang gitu. Enteng banget merasa gak memiliki tanggungjawab apapun atas tindakan yang diciptakannya. Seperti halnya salah satu content creator yang sedang naik daun. Dia pernah bilang kalo misalkan bukan salahnya seorang content creator jika mereka menyuguhkan tontonan yang belum pantas (untuk anak dibawah umur) yang kemudian ditiru oleh sebagian anak yang menontonnya. Bukan salah mereka katanya. Gue setuju, memang bukan salah mereka.

Tetapi gue ingin bertanya, bagaimana jika mereka sudah tidak memiliki orang tua atau bagaimana bila orang tua/wali mereka bukanlah orang yang mengikuti perkembangan teknologi, lantas apa itu tetap menjadi salah orang tuanya? wah egois sekali rasanya jika kita bebas berbuat apa saja tanpa memikirkan tanggungjawab moral. Walaupun  memang tidak dapat dikatakan salah, karena itu hak setiap manusia namun akankah lebih baik jika setiap apa yang kita lakukan paling tidak kita tanamkan sedikit rasa tanggungjawab kita. Terlebih lagi jika seseorang tersebut sudah mengetahui bahwa ia adalah seorang yang memiliki "influence", yang berarti memungkinkan siapa saja dapat mengakses "karya" mereka, serta "karya" mereka akan memiliki "pengaruh" terhadap yang melihatnya.

Namun pada kejadian ini gue juga mempertanyakan kakak dari anak tersebut, apa tujuan sebenarnya kakaknya mengajak adiknya menonton sesuatu yang belum pantas ditontonnya?
Mungkin sang kakak tidak mengetahui dampak yang diakibatkan dari tindakannya, bermula dari kakak yang mengajaknya menonton video tersebut lama kelamaan timbul rasa penasaran adiknya untuk mengetahui lebih lanjut, ia menjadi sering mencari-cari sendiri apa yang ia ingin ketahui. Namun jika sang kakak sudah mengetahuinya namun menganggap hal tersebut adalah hal yang "spele" wahh sayang sekali, semua hal besar juga didasari dari hal-hal kecil bukan?
Jika memang ada hal yang ingin disampaikan, misalnya seperti mengajarkan bahwa "apa yang tidak boleh ditiru" (dari video tersebut)  sebaiknya kakak tetap memantau adiknya dan memberi pengertian kepada mereka agar mereka tidak mencari tahu sendiri.

Bukan berarti semua yang gue lakukan adalah hal baik yang dapat ditiru, enggak. Gue masih jauh banget buat ditiru atau dijadiin panutan buat adek-adek gue. Makanya gue nulis ini. Gue selalu bilang kalau tulisan gue adalah reminder bagi diri gue sendiri. Biar gue bisa ngaca. Bukan karena tulisan gue bijak lalu gue sudah pasti bijak, enggak sama sekali. Gue masih harus banyak belajar, harus intropeksi diri, masih butuh diingetin jika ada yang "salah".

Memang perlunya dukungan dari berbagai pihak, tidak bisa hanya menyudutkan content creator saja ataupun keluarga saja. Mereka adalah gambaran dari pola didik kita. Sadar atau tidak ternyata kitalah yang telah membentuk mereka. Ketika dirumah sedang ada anak-anak (adik/sepupu/keponakan/dll) apa kita cenderung sibuk bermain gadget atau malah menemani adik-adik kita bermain? atau malah kita sibuk memviralkan dia di sosmed sehingga dia menjadi pribadi yang haus akan perhatian media sosial? heuh.

Apa yang terjadi dilingkungan kita kadangkala adalah gambaran dari diri kita sendiri. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk