Virtual feeling
Pagi ini aku masih terbangun dengan mimpi yang sama. Sejak kemarin, sosok yang bahkan secara nyata saja belum pernah aku jumpai kini hadir lagi di mimpi malamku.
"Dua malam berturut-turut, Nan." Ucapku pada sahabatku, Nanda.
Aku mengenal sosok laki-laki itu dari Nanda, ia adalah teman sekolah Nanda. Sepertinya sudah sekitar 10 tahun yang lalu Nanda mengenalkannya kepadaku.
Tepat saat kami memakai seragam putih abu abu. Saat di mana laki-laki itu bertanya pada sahabatku, Nanda, tentangku. Laki-laki itu satu sekolah dengan Nanda, sahabatku.
Aku menyambutnya dengan baik kala itu, bagiku, berteman dan mengenal teman baru adalah hal yang menyenangkan, Nanda juga bilang dia baik, tidak ada alasan aku tidak menyambutnya dengan hangat, bukan?
Dan benar saja, banyak obrolan hangat yang kita saling lemparkan sebagai seorang teman. Aku juga merasa dia sosok yang bisa aku ceritakan hal-hal apa saja yang terjadi dalam hidupku. Komunikasi kami terus berjalan baik sebagai teman, meski belum bertemu, tetapi aku merasa bahwa aku sudah cukup mengenalnya sebagai seorang teman baik.
Lalu entah apa yang terjadi, komunikasi kita terputus begitu saja, sampai tahun demi tahun berlalu, hingga beberapa tahun kebelakang, aku lupa tepatnya entah dua atau satu tahun yang lalu, kami kembali terhubung lewat media sosial.
Nanda juga beberapa kali menyampaikan salam darinya untukku saat mereka bertemu.
"Aku merasa kalian cocok." Nanda bersuara.
"Aku juga, tapi dia punya pacar Nan," ucapku dengan nada sedikit kecewa.
Nanda tertawa, ia menarik nafas singkat sebelum membuka bibirnya untuk berbicara, "Kamu juga," katanya.
Ah iya, aku punya pacar, dia juga punya pacar, memang kami ditakdikan untuk menjadi teman virtual selamanya, mungkin?
Aku diam, teringat pada kata-kata Nanda bahwa aku memiliki pacar, Nanda tidak tahu bagaimana hubunganku dengan laki-laki yang ia sebut pacarku.
Laki-laki yang dengan terang-terangan mengatakan bahwa ia tidak lagi bisa melanjutkan hubungan kami karena ia bosan. Laki-laki yang berkali kali lari ketika ada masalah dalam hubungan kita.
Laki yang hingga saat ini mungkin tidak lagi menggapku tujuannya, laki-laki yang dengan lapang dada mengatakan bahwa aku boleh bersama laki-laki lain. Lucu memang hahaha tidak masuk akal namun kali ini aku tidak akan membahasnya.
Nanda tidak mengetahuinya, karena dengan siapapun aku tidak pernah berbagi cerita pahit tentang hubunganku kepada orang lain.
"Nan, dia kayaknya sayang banget sama pacarnya, ya?" Tanyaku setelah hening beberapa saat.
Nanda yang saat itu sedang minum segera menjauhkan gelas dari bibirnya.
"Nggak tau sih, tp kayaknya gak segitunya deh, yang mulai duluan kan ceweknya. Tapi aku gak tau juga. Yang ku tau dia tuh bukan tipe yang berani mulai duluan kalau gak penasaran banget."
Ucap Nanda.
"Nan, ini salah gak ya, kalau aku senang dia hadir lagi di hidupku setelah kami tidak pernah berkomunikasi sejak beberapa tahun, salah gak ya aku penasaran sama pacar orang lain?" Tanyaku membuat Nanda tertawa terbahak-bahak.
"Ih apasih, kayak bukan kamu, tumben banget!" Ucap Nanda. Dia pikir ini bercanda?
Padahal aku serius dengan perkataanku. Sejak percakapan (kembali) kami di direct message saat itu, aku kembali bertanya-tanya tentangnya.
Apakah dia masih jadi sosok yang hangat seperti dulu?
Entah, aku tidak tahu apakah ini hanya rasa penasaran yang tersimpan bertahun-tahun atau garis cerita baru yang Tuhan ciptakan. Sampai saat ini aku hanya bisa berharap, semoga dia tidak akan hilang lagi.
"Kayaknya kamu berkesan deh buat dia, dia kan beberapa kali bahas nama kamu kalau kita ketemu," Nanda kembali membuka percakapan, kali ini aku yang tertawa mendengarnya,
"Gak mungkin ah, mana mungkin, aku kan gak semenarik itu untuk dia sukai Nan," jawabku terkesan tidak percaya diri.
"Gak gituu, siapa tau emg dia penasaran tapi yang tadi aku bilang, dia tu bukan tipe yang berani memulai duluan tau!" Nanda berbicara dengan santai, sampai tidak menyadari setiap ucapannya membuat pikiran-pikiran baru di kepalaku.
Apa mungkin?
Ah sepertinya nggak.
"Nan, yang namanya laki-laki tuh biasanya dia akan berjuang kalau emg dia suka, kalau dia gak suka ya dia akan cuek, bahkan memulai obrolan duluan aja nggak.." aku menggantungkan ucapanku,
"Kalau emg dia penasaran denganku sejak dulu kan dia bisa aja nanyain kamu, tapi ini kan enggak!" Kataku menyelesaikan.
Nanda diam, dia mencomot makanan yang sejak tadi kita diamkan.
"Kalau ternyata Dika jodohmu bagaimana, ya?"
Kali ini aku benar-benar tertawa terbahak-bahak.
"Apasih Nan, jauh banget! Aku gak pernah kepikiran ke sana!" Ucapku di tengah-tengah tertawa,
"Yee kan bisa aja, lagian kalau kalian gak akan ada apa-apa kenapa harus dikasih komunikasi lagi, coba? Semesta tuh bisa selucu itu tau!"
Belum sempat aku menjawab ucapan Nanda, Nanda kembali membuka suara.
"Lagian kalian random bgt sih, padahal blm pernah ketemu." Lanjutnya kali ini dengan suara menyindir.
Nanda benar, kami mungkin aneh, bagaimana sesuatu bisa tercipta sebelum adanya pertemuan?
Bagaimana sesuatu bisa dimulai kalau tidak ada yang berani memulai?
Lalu, bagaimana semua ini bisa berakhir kalau dimulai saja belum pernah?
Bagaimana bisa kita menentukan arah kalau garis titik mulanya saja entah di mana?
Aku bingung sekali, pertanyaan-pertanyaan yang beberapa malam ini memenuhi kepalaku belum juga mendapat jawabannya. Usaha untuk terus menepis dan mengatakan bahwa, "Ia hanya cerita lewat," aku selalu katakan sebagai mantra setiap aku mengingatnya.
Tapi, bagaimana cara aku menjawab satu pertanyaan ini,
"Mengapa rasanya aku begitu mengenalmu?"
Komentar
Posting Komentar