Merdeka, ilusi atau realita?
17 Agustus, tepatnya kemarin hari ulang tahun Indonesia yang ke 72 tahun.
Keren ya Indonesia. udah ada di umur yang tidak terbilang muda tapi masih cantik aja. iya Indonesia itu cuantik banget. dari ujung ke ujung gak pernah habis kecantikannya.
Mau liat apa di negri ini? gunung? jangan tanya, Indonesia punya banyak gunung yang tangguh, yang mungkin bisa kalian coba taklukkan. laut? haduh negara ini aja disebut negara kelautan, 2/3nya adalah laut dan lautnya itu cuamik bener, parah sih cantiknya. bahkan banyak yang bilang kalo Indonesia itu surganya para pecinta diving, karena kekayaan bawah lautnya yang memanjakan mata.
Cuma dari semua kecantikan yang dimiliki negri ini, ada beberapa hal yang sempet mondar mandir di pikiran gue, sehingga menimbulkan pertanyaan, apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka?
Indonesia memang sudah merdeka dari jajahan bangsa lain, tetapi Indonesia belum mampu merdeka dari bangsanya sendiri, khususnya warga negaranya sendiri.
gue gak mau jauh-jauh bahas tentang gimana jalannya politik Indonesia karena gue gak punya kapasitas pada bidang itu. gue cuma mau menyampaikan sudut pandang gue tentang Indonesia yang saat ini gue rasakan, dalam bentuk sesederhana mungkin.
Hal yang bikin gue tertarik adalah keunikan dari sifat yang dimiliki orang Indonesia, yang akan gue bahas dalam bentuk point. sebelumnya, harus gue sampaikan terlebih dahulu, bahwa apa yang gue sampaikan tidak bermaksud mencemarkan nama baik siapa pun. pure, ini hanya sudut pandang gue yang ingin gue sampaikan dan gue harapkan bisa menjadi cambuk (terutama untuk diri gue pribadi) agar kita melakukan perbaikan diri.
- Sebagian besar dari kita, memiliki kebiasaan melakukan scanning terhadap tubuh orang lain, khusunya wajahnya.
gue gak paham apa keuntungan dibalik melakukan scanning ini, apa itu salah satu bentuk penilaian mereka? atau hanya untuk memenuhi kepuasan batin mereka? ya buat gue aneh aja sih kalo ada orang secara gamblang melontarkan komentar yang harusnya gak dilontarkan, atau mereka dengan santainya manggil seseorang karena bentuk fisiknya, misalnya seperti "ih lo iteman ya!" "eh itu lo jerawatan banget sih!" atau panggilan seperti "eh gendut." "eh dekil" "eh jangkung" "eh bogel" dll. ngerasa gak sih kalo orang kita udah menganggap itu hal yang biasa? terus parahnya lagi kalo ada orang yang marah karena dipanggil dekil malah orang itu dikatain baperan. ckckc. miris. - Sebagian besar dari kita, sudah kehilangan rasa percaya dirinya.
mungkin point ini ada kaitannya dengan point sebelumnya, karena kebiasaan perilaku scanning yang dilakukan, beberapa orang jadi kehilangan rasa percaya dirinya, terutama kaum perempuan. entah kenapa kaum perempuann paling banyak jadi korban iklan, kaum perempuan gak lagi bangga dengan kulit sawo matangnya, kaum perempuan merasa buruk jika diwajahnya terdapat jerawat, kaum perempuan gak lagi bangga dengan apa yang dimilikinya, mereka jadi senang melihat celah dalam tubuh mereka yang bisa mereka jadikan alasan untuk melakukan perombakan diri. "aduh alis gue botak nih gak keliatan, sulam aja kali ya, malu soalnya dikatain." "aduh pipi gue tembem banget, tirusin aja kali ya biar gak dikatain." "aduh jerawat gue malu-maluin banget, harus di dempul nih." "aduh jidat gue, idung gue bla bla bla" dan ucapan-ucapan ketidakbersyukuran kami sebagai kaum perempuan. sadar atau tidak perilaku kita yang seperti ini sudah membuat kita kehilangan rasa percaya diri. - Sebagian besar dari kita, gemar menyepelekkan waktu.
pernah gak sih lo punya rekan atau teman yang hobi banget ngaret? gak sekali dua kali, tapi berkali-kali. janjian jam 11 dia dateng jam 12 atau bahkan lebih, dan lebih parahnya alesannya sama pula, "macet banget."
- Sebagian besar dari kita tumbuh menjadi generasi yang sombong.
"yaudah itu kan tugas dia sebagai tukang sampah yang harus mungutin sampah. jadi biarin aja sampahnya gue tinggalin disini" (padahal tong sampah beberapa langkah doang dari tempatnya berdiri). atau ketika kita pergi ke tempat umum dan ada petugas kebersihan/CS lagi menyapu atau mengepel lantai, kita enggan untuk menghindarkan lantai yang masih basah atau sedang disapu atau kita enggan untuk sekedar mengucapkan "permisi." kita beranggapan ya memang sudah tugasnya CS. kita tidak tahu lagi arti menghargai orang lain, kita lupa bahwa tanpa mereka mau jadi apa negri ini? - Sebagian besar dari kita merasa memiliki kewajiban untuk menang.
pertarungan udah bukan hal yang asing lagi buat kita. entah dalam ranah pendidikan, politik, agama, suku budaya, sampai ranah permainan pun saat ini menuntut kita untuk menjadi seorang pemenang. wajar saja jika perebutan gelar kemenangan dilakukan secara sehat, namun yang saat ini terjadi malah sebaliknya. demi mendapatkan gelar pemenang, kita jadi rela menindas orang lain, menyakiti mereka, menjatuhkan mereka, dan bahkan mematikkan mereka yang menghalangi jalan kita. kita jadi lupa bahwa sebeneranya hakikat menang itu bukan disaat kita dapat mengalahkan semuanya, menang itu adalah ketika kita mampu memberikan kesempatan untuk orang lain merasakan kemenangan juga.
tidak usah jauh-jauh kita bahas, dalam pendidikan kita saja, ketika ada di dunia sekolah kita terbiasa berlomba untuk menduduki peringkat, apapun caranya kita lakukan asalkan nama kita dapat berada di urutan peringkat teratas, mulai dari belajar mati-matian hingga membuat contekkan mati-matian. gue bersyukur gue tumbuh dari orang tua yang tidak mewajibkan gue untuk menjadi seseorang yang namanya ada di peringkat teratas, orang tua gue selalu memberikan kesempatan untuk gue mendapatkan nilai dari proses belajar bukan dari proses yang menghilangkan nilai-nilai kejujuran, dan karena nilai yang orang tua gue tanamkan gue jadi tidak menyukai kemenangan yang menjatuhkan lawan.
Lima point diatas adalah gambaran umum bahwa Indonesia masih belum merdeka secara mental, dan hal itu diakibatkan oleh kita sendiri, kita yang mengaku Warga Negara Indonesia. kita seringkali lupa bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa menghapuskan penjajahan hawa nafsu dalam diri kita. sehingga kemerdekaan menjadi sesuatu yang realita, bukan hanya ilusi.
Terlepas dari hal-hal yang kurang baik yang dimiliki oleh kita, kita patut bersyukur bahwa Indonesia masih menerima kita. gue juga bersyukur Indonesia masih punya orang hangat yang selalu menebar cinta, tidak banyak memang tapi setidaknya kita masih bisa melihat orang-orang saling melontarkan senyum jika bertemu, mau kenal ataupun tidak. itu salah satu hal yang luar biasa yang dimiliki oleh Indonsia, keramahannya membuat siapa saja selalu rindu. maka itu gue bersyukur banget jadi Warga Negara Indonesia.
Atas rasa syukur gue, gue mau mempersembahkan bait-bait cinta untuk Indonesia.
Indonesia, negriku.
engkau mungkin lelah melihat tingkah laku wargamu.
engkau mungkin muak atas semua tindak tanduk kami yang mengotorimu.
jika engkau bisa memilih, engkau mungkin tak akan pernah memilih kami sebagai wargamu.
tapi percayalah Indonesiaku, kami masih ingin menjadi wargamu.
kami masih ingin melanjutkan perjuangan para pahlawan sebelum kami.
percayalah Indonesiaku, sejauh apapun kami melangkah, tanah kami, tumpah darah kami, tempat dimana kami ingin menghabiskan sisa umur kami hanya kepadamu, Indonesiaku.
Indonesia, negriku.
selamat atas 72 tahunmu.
semoga engkau akan selalu menjadi tempat rindu ini bermuara,
menjadi tempat dimana cinta akan selalu bertebaran,
menjadi tempat dimana kami harus pulang.
oh negriku.
Komentar
Posting Komentar