Alif Lam Mim The Movie

       Apa yang ada di benak kalian kalo denger kata Alif Lam Mim?
Huruf ijaiyah? Iya gue setuju, Tapi di sini yang mau gue bahas adalah film yang berjudul Alif Lam Mim.
Buat beberapa orang pasti film ini gak asing, gue sempet heran kenapa ini film mengalami beberapa kendala dalam proses pembuatan-nya maupun penayangan-nya.
Film ini dianggap mengganggu beberapa pihak di negara ini, terlalu menjurus ke satu agama lah dan hal-hal lain sehingga membuat film ini harus turun layar lebih cepat. Apa ya, kalau memang itu alasan turun-nya film ini dari layar lebar menurut gue ini gak fair banget. Tapi kalau alasan-nya karena sepi penonton-nya mungkin memang ada kekurangan dalam tahap promosi, yang tentunya harus di benahi, ya itu kan kalau. Tapi menurut gue jangan kalau lah, gak baik nanti nangis mulu bawaan-nya. Okesip itu galau. Galucu dasar pluit kang parkir.
Kerena tadi gue abis nonton bareng film Alif Lam Mim dan diskusi bersama sang sutradara film ini, Bang Anggy Umbara. berhubung masih anget di kepala gue jadi gue mau nge-review sedikit tentang film ini menurut pandangan gue, bukan menurut pandangan lo. Apalagi pandangan slank, nanti jadinya pandangan pertama.
- Cornelio Sunny memerankan seorang Alif, aparat negara yang dengan teguh bertekad untuk membasmi nyamuk, maksud gue membasmi kejahatan, sosok si Alif di film ini merupakan sosok laki-laki yang ber-idealisme tinggi, karena perasaan akan masa-lalunya yang membuatnya terpukul, sehingga membuat Alif sempat bertentangan dengan sahabatnya sendiri, Mim.
- Lam ( Harlam) diperankan oleh Abimana Aryastya, Lam adalah seorang Jurnalis yang bagi saya merupakan sosok ayah dan suami yang masuk dalam daftar list suami idaman, Lam memegang  komitmen-nya untuk berjuang menyajikan sebuah berita yang di ambil dari fakta-fakta yang ada, bukan sekedar keinginan pembaca/pendengar semata.
- sementara, Mim (Mimbo) diperankan oleh Agus kuncoro, Mim merupakan seorang yang tenang dan memegang teguh apa yang telah ia percayai, walaupun sebenarnya Mim tidak ingin bertentangan dengan idealisme sahabatnya namun hal itu sempat terjadi di film ini.
- Gendis (Tika Bravani) merupakan wanita yang memiliki sikap yang sabar dan rela berjuang bersama sang suami, meski kelihatan-nya merupakan wanita yang lemah lembut, tetapi Gendis membuktikan akting bela diri-nya di film ini.
- Laras, yang di perankan oleh Prisia Nasution. Sudah tidak dapat diragukan lagi kemampuan ber-akting dari wanita yang satu ini, di film ini Prisia juga memerankan sosok wanita yang tangguh, lewat adegan bela diri yang dapat membuat beberapa wanita tercengang melihatnya.
Bukan hanya lima aktor dan aktris hebat itu saja yang bermain di film 3 (Alif Lam Mim) namun, ada beberapa aktor hebat lainnya yang turut meriahkan film ini.
Jika gue lihat dari segi pengambilan gambar dan editingnya, gue sempet gak percaya kalo film ini di buat dalam waktu yang singkat, Shooting Sekitar 26 hari kata bang Anggy. Tapi itulah kenyataan-nya, pengambilan gambar di film ini dapat memanjakan mata siapapun yang menonton-nya, terlebih gue.
Gue kagum dengan gambar-gambar yang di suguhkan dan di percantik dengan editing yang membuat gue sangat puas menghabiskan waktu 2 jam gue. Karena bagi gue ada di balik film yang ber-genre action ini gak mudah, sangat gak mudah. Karena gue pernah ngalamin, ya walaupun masih amatiran tapi cukup buat garuk-garuk kepala. Apalagi ini, ah udah gak nemu kata-kata lagi yang bisa gambarin takjubnya gue sama orang-orang yang ada di balik film ini.
gak kepikiran aja sih waktu bang Anggy di tanya apa yang melatarbelakangi munculnya ide dari film ini, dan dia jawab dari mimpi, iya mimpi beneran (lo tidur terus mimpi) se-sederhana itu tapi di-kemas dengan baik sehingga melahirkan film yang luar biasa. Meskipun film ini hanya sebuah fiksi tapi bang Anggy dan bang Bounty -penulis skenarionya- mengemasnya dengan menarik sehingga dapat di terima di pikiran para penonton.
tapi, sayang sungguh sayang, terlalu banyak orang yang merasa ketakutan akan film ini, padahal ini hanya film fiksi, terlalu manis untuk di takut-kan. Kalau di bilang film ini terlalu menyindir gue rasa tinggal pinter-pinternya masyarakat aja menilai. Mereka kan bisa memilih mana film yang mau di tonton dan mana yang tidak, sebelum menonton juga mereka bisa lihat dari sinopsis, trailer dan lain-lain.  
Jika film yang hanya menjadi tontonan saja bebas tayang , masa tontonan yang dapat menjadi tuntunan tidak berhak? Ini negara bebas memilih, tetapi tidak memberi kebebasan untuk memilih tontonan yang dapat menuntun.  
Jangan berpikiran negatif mulu, maksud gue tuntunan di sini bisa kita lihat dari sikap Alif yang rela berjuang bukan hanya karena pangkat, Lam yang memperjuangkan kebenaran meski pekerjaan dan keluarga yang menjadi taruhan-nya, dan sikap Mim yang tetap sabar dan berpegang teguh pada keyakinan yang ia miliki.
Itu semua gimana pikiran lo, kalo lo memandangnya dengan positif yaudah hasilnya juga akan positif, dan sebaliknya. dan menurut gue, film Alif Lam Mim sudah sukses membuat nganga penonton-nya, dan gue harap ada kelanjutan dari film fiksi yang hebat ini.
Ini sekilas menurut pandangan gue, menurut pandangan lo? Bebas, lo bebas memilih dari segi mana lo ingin memandang film ini.
tetap menciptakan film-film yang berkualitas, jangan hanya memikirkan kuantitas!
So, jangan lupa untuk bahagia! :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk