Akhir dari kita

Kisah kita memang sudah berakhir, lama tertutup dengan rapat.
Namun jauh dibelakang punggungku masih terukir bayangmu, jelas.
Bahkan sangat nyata ketika aku menengokan kepalaku ke arahmu.
Kamu begitu tidak paham arti mencintai, atau mungkin aku yang tak paham bagaimana cara dicintai? Bila benar seperti itu, kitalah yang bersalah. Kita yang tak paham apa itu cinta.

Kisah kita berakhir dengan bahagia.
Orang orang disekelilingku tidak percaya bahwa kita telah menutup kisah kita.
Mereka bertanya " mengapa? bukanya kalian terlihat baik-baik saja? "
Memang hubungan kita terlihat baik-baik saja, bahkan kita lupa cara bertengkar.
Kita lupa cara cemburu, yang dulu selalu kau selipkan di setiap tingkahku.
Bahkan kita lupa cara melantunkan kata sayang.
Iya kita terlalu baik-baik saja sehingga kita lupa bagaimana caranya mencintai.

Katamu lelah bila terus bertengkar.
Kataku lelah bila terus baik-baik saja.
Namun lagi-lagi aku kalah.
Aku tak punya alasan apa-apa untuk membuat masalah.
Aku tak punya alasan untuk membuat semua keadaan menjadi tidak baik.
Sampai saat ini kita berjalan di arah yang berbeda.
Bahkan aku tak mampu melihat langkahmu.
Jarak diantara kita terlalu jauh.
Tembok diantara kita terlalu tinggi.
Sehingga aku tidak mempunyai celah untuk melihatmu.

Teruslah berjalan di atas duniamu sendiri.
Teruslah tersenyum menghadapi semua ombak yang akan menerjangmu.
Suatu hari nanti angin akan menghantarkan kamu kembali kepadaku.
Itu bila kita berjodoh.
Bila tidak, aku yakin angin akan meniupkan seseorang yang lebih baik darimu untuk menemaniku berjalan diatas duniaku.

Kita memang terlalu belia untuk mengucapkan kata sayang.
Namun  tak perlu dewasa untuk aku mengerti rasa di hati.
Kepadamu masa laluku.
Cinta pertamaku.
Aku bahagia pernah mengenalmu.
Dan aku harus bahagia pula melepasmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat (Virtual Feeling #2)

Marigold

Deep talk