Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Kau memang manusia

Katamu kita bersaudara Katamu kita ada untuk Indonesia Katamu segala perbedaan kian luruh ketika sang Dwiwarna menghiasi negeri tercinta Katamu tidak ingin menyakiti siapapun yang mencintai negeri ini Karena Indonesia segalanya Bangsa Indonesia adalah diriku Diriku yang harus kujaga Harus ku lindungi Katamu.. Namun segala semangat dan cinta itu telah sirna Jauh setelah bagian diri kita tak pernah redam untuk saling menyakiti Saling curiga, menabuh dendam, darah yang tidak pernah henti mendidih  Kau biarkan menjelma menjadi bagian dari negeri ini Hingga semua sisi gelap itu bermuara menjadi sebuah kebencian Kebencian yang berujung pada sikap ingin menyingkirkan lawan Siapapun yang tidak setuju denganku akan ku habisi Ku gerogoti namanya hingga tak bertuan Ku sobek nuraniku Ku bungkam segala perbedaan Yang terpenting semua ada untukku Semua hidup dalam genggamanku Demi lancarnya inginku, tak apa jika satu dua insan tersakiti Toh me...

Tentang mamah

Mungkin, hanya mungkin, terkesan aneh ketika menulis ini dengan harapan bahwa mamah tidak akan mengetahui. Sederhana alasannya, takut jika kecanggungan yang nantinya akan timbul diantara kami. Tapi mau bagaimana lagi, saya tidak akan tenang jika tidak menulisnya, menulis adalah salah satu cara yang dapat membuat saya merasa bahwa bahagia tidak perlu suatu hal yang besar. Hanya dengan bercerita lewat kata yang tak bertuan seakan ada tempat yang siap mendengarkan tanpa harus menginterupsi ataupun menghakimi. Hal yang sulit manusia lakukan, tentunya termasuk juga saya. Ah, sebelum terlalu melebar ke mana-mana sebaiknya saya kembali ke hal yang ingin saya bicarakan. Beberapa hari yang lalu mamah bertemu kembali dengan hari kelahiran beliau. Saya tidak tahu harus bahagia ataupun sedih. Kedua hal itu bercampur dalam diri saya.  Satu sisi saya mengucap syukur atas waktu yang telah Tuhan berikan kepada saya dan mamah. Waktu bersama kami, waktu yang tidak akan pernah dapat t...

Pesan dari bapak Gatot

Senin lalu, gue bertemu seorang bapak di kantin sekolah tempat gue PKM. Tentunya saat itu sedang jam makan siang, gue bersama dua orang teman. Kantin sekolah tempat kami PKM tidak terlalu besar, hanya ada sebuah bangku panjang berpasangan dengan meja coklat tempat meletakan piring dan gelas serta ada dua bangku terpisah yang meramaikan. Karena sedang ada pembangunan di lapangan sekolah tak jarang kami melihat para pekerja makan di kantin sekolah. Termasuk pak Gatot, sebenarnya, gue gak tahu pak Gatot ini sedang bekerja di pembangunan sekolah atau hanya bermain saja di lingkungan sekolah.  Dengan celana selutut dan kaos santainya pak Gatot terlihat sedang menikmati makanannya. Setelah mengambil makanan gue pun memutuskan untuk mengambil posisi duduk di samping bapak Gatot. Percakapan dimulai diantara kami. Awalnya bapak hanya menanyakan tentang apa yang kami lakukan di sekolah tersebut, berapa lama kami di sana, dan percakapan basa-basi yang biasa digunakan untuk me...