Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Waktu

Gambar
source image: http://rumahtarbiyah.com/ Waktu berlalu begitu cepat atau kita yang berjalan begitu lambat? Pagi, selamat hari Minggu! Minggu pagi gue kali ini disambut dengan sebuah foto wedding dari seorang teman sekolah, dulu. Melihat fotonya yang bertengger manis di timeline , membuat gue bertanya-tanya, kenapa dia gak ngundang gue? Padahal gue ini temennya loh, rasanya saat melihat foto itu gue pengen nyanyi lagunya mbak Desi Ratnasari, Tanpa undangan, diriku kau lupakan~ Halah, gak. Gue bercanda, meskipun benar gue gak mendapatkan undangan apapun gue merasa tetap harus berprasangka baik akan dirinya. Ya gak adil aja gitu kalo tiba-tiba gue benci seseorang hanya karena gak merasa nerima undangan pernikahannya.  Setelah gue melihat foto dia berbalut busana pengantin,  gue berpikir tentang alasan mengapa gue tidak menerima sebuah undangan untuk menghadiri wedding nya tersebut. Gue berpikir bahwa gue sendiri yang menutup pintu untuk o...

Mereka yang spesial (Komentar tentang Anak Berkebutuhan Khusus di media sosial)

Gambar
https://www.google.co.id/ Anak Berkebutuhan Khusus atau biasa disingkat ABK, mereka yang menurut gue sangat istimewa. Mereka yang bisa membalikkan dunia gue. Dulu, sebelum gue terjun ke dunia ABK gue menganggap bahwa ABK ini ialah anak yang selalu membutuhkan orang lain untuk mengurusinya, untuk mengurusi seluruh hidupnya bahkan. Sama halnya dengan pikiran seseorang yang berkomentar tentang ABK (SLB lebih spesialnya) dalam sebuah media sosial, sebuah komentar yang sedang ramai dibicarakan di kalangan pendidikan SLB, khususnya teman-teman gue.  Bila ditanya apakah komentar tersebut salah atau tidak gue mencoba menjawabnya dengan melihat dari beberapa sudut pandang, yang pertama , gue melihat bahwa ia adalah seseorang yang memiliki pengetahuan yang setengah-setengah tentang ABK , mungkin seperti halnya gue dulu. Gue sadar bahwa mengetahui sesuatu secara tidak menyuluruh membuat kita mempersepsikan sesuatu tersebut dengan kurang tepat, tidak salah, juga tidak benar se...

Jarak antara sedih dan bahagia

Gambar
Source Image : https://www.google.co.id/ Ketika kita sedang merasakan sedih, kita seringkali larut dalam kesedihan tersebut, kita lupa bahwa kesedihan itu akan berlalu dan berganti menjadi bahagia. Begitu pula ketika sedang merasa bahagia, kita seringkali lupa bahwa kebahagiaan tentang dunia hanya sementara.  Tadi siang, ketika gue sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah acara, tepatnya di sebuah lampu merah yang lumayan padat, gue  diberi kesempatan menyaksikan keadaan yang membuat gue benar-benar sadar akan jarak antara sedih dan bahagia. Di sisi sebelah kiri gue terdapat sebuah angkot yang ramai penumpang, sang supir sedang menghitung uang hasil tarikkannya hari itu, terlihat wajahnya sangat bahagia, senyumannya mengembang begitu bangga, sambil membalikkan lembaran uang tersebut, ia berkata, "Belom sore, tarikkan full!" dengan nada lantang, membuat orang yang mendengarnya pun turut bahagia. Begitu pun gue. Tidak lama setelah itu,...