Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Singkat (Virtual Feeling #2)

Perasaan perasaan itu memang harus dibuat biasa saja. Pertemuan itu memang harus dianggap tanpa kesan. Pesan-pesan yang saling kita sampaikan memang harus dibuat singkat. Agar aku mengerti bahwa ini hanya sebatas aku dan kamu sebagai teman. Kadang, aku merasa cukup memperhatikan dari jauh, melihat seluruh bahagia yang kamu tampilkan dari laman sosial mediamu. Menyaksikan kamu yang begitu kecil namun mampu terlihat besar di mataku. Aku selalu penasaran, apa rasanya ya jadi impianmu? Ia selalu punya ruang dalam hatimu. Selalu menjadi tujuan pulangmu. Dan pada akhirnya begitulah kita, singkat terurai menjadi garis-garis takdir yang tak akan pernah bertemu. Tetaplah hidup. Barangkali, hal itu yang selalu ku tunggu setiap pagi.

Di akhir perang

 "Mau sampai kapan, mas?" Aku menarik napas panjang dengan penuh sesak. Di hadapanku ada laki-laki yang sudah 10 tahun menghabiskan waktu kami bersama. Laki-laki yang sejak 10 tahun lalu higga kini tidak pernah berani untuk mengambil langkah lebih dari ini. Laki-laki yang bahkan untuk dirinya saja ia tidak tahu harus bagaimana, dan sialnya aku tetap mencintainya. "Rin, kita udah pernah bahas ini, kan?" dia mengusap kasar wajahnya, menampilkan rasa kekecewaan karena lagi-lagi aku membahas obrolan yang selalu ia hindarkan. "Tapi kamu tidak pernah memberikan jawaban, mas." ucapku lirih. Dia diam, kali ini dengan jeda yang sangat lama, "Aku rasa kamu sudah cukup mengerti bahwa aku belum siap." nadanya merendah kali ini.  "10 tahun, mas? 10 tahun kamu juga tidak menemukan kata siap itu?"  Hening. Aku menatap keluar kaca mobil. Hujan deras dengan gemuruh petir yang semakin terdengar jelas di tengah keheningan kami. Harusnya hari ini kami berb...