Tandas
"Kabar baik sekaligus buruknya gue mau menikah bulan depan," Adit, lelaki dengan mata paling menenangkan mengatakan satu kalimat yang dia ucapkan dengan penuh keraguan, suaranya melemah di setiap kata. "Maksudnya? kenapa kabar baik sekaligus buruk?" tanyaku dengan segala kebingungan yang Adit ciptakan hari ini. Sial. Kenapa dia diam aja . Batinku. "Dit," panggilku sekali lagi memaksa Adit untuk memberikan jawaban. Adit mematikan puntung rokok yang dari tadi hanya bertengger di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, "Res, bisa gak lo diem dulu, kepala gue sakit." Ucapnya ketus dan tegas dengan penekanan di akhir kalimatnya. Sepuluh menit berlalu aku tidak juga mendapat penjelasan dari kalimat Adit. Aku menghela nafas panjang, "Dit, kalau lo nyuruh gue diem mending gue pulang ajalah, ada kerjaan juga gue, sial lo ya, nyuruh gue dateng cuma buat begini." Aku tak tahan dengan sikap Adit, laki laki yang sudah hampir sepuluh tahun aku k...